UMS, Koran Pabelan
Rektor UMS, Bambang Setiadji yang masa jabatannya akan habis akhir tahun 2012 mendatang mengaku akan segera menyelesaikan beberapa programnya yang belum terselesaikan. Diantaranya pembangunan edu park dan kampus empat.
“Edu park dan gedung kampus empat masih dalam proses,” ungkapnya, Kamis (8/12). Pembangunan kampus empat menurutnya merupakan antisipasi mahasiswa yang semakin banyak. Sedangkan pengadaan edu park sebagai hutan edukasi.
Selain itu wacana pembangunan gedung pusat yang nantinnya dijadikan gedung rektorat baru juga menjadi pekerjaan rumah baginya. “Kendala utama tentu saja dana,” jelasnya singkat. Mengenai dana, ia mengaku masih mengandalkan dana bantuan swasta.
Sisa 12 bulan kedepan, ia menargetkan akan menuntaskan program kerjannya. “Kedepan UMS saya harap makin maju, mahasiswa makin baik, meningkat kualitas mahasiswa dan dosen juga diharapkan berkembang,” harapnya.
Mengenai program kerjanya yang telah terealisasi, ia mengungkapkan ada ratusan program kerja yang dirancangnya. Namun ada sembilan program unggulannya, yakni perbaikan pada sistem belajar mengajar bagi seluruh sivitas akademika. Hal tersebut terealisasikan dengan adanya sistem presensi 75 persen, perbaikan kualitas dengan adanya Quality Assurance Center (QAC), dan sistem akademik yang berbasis Internet.
Program unggulan selanjutnya yakni perbaikan administrasi keuangan yang berbasis IT, menjalin komunikasi Go International dengan doble degree yang bekerja sama dengan Kingston University, Derby University dan Charles Darwin University.
“Targetnya sekitar 200 dosen di sekolahkan ke luar negeri guna meraih gelar doktor,” imbuhnya. Namun pada kenyataannya, baru 80 dosen yang di sekolahkan. Pembentukan Human Resource Development juga diupayakan guna meningkatkan kualitas dosen dan karyawan.
Dari pihak mahasiswa, Arif Syaifudin mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari kinerja rektor. “Kebijakan terlalu cepat dan tidak merangkul mahasiswa dalam pengambilannya,” kritik Arif, Jumat (9/12).
Mengenai sistem online yang telah diberlakukan, sambungnya ada beberapa hal yang tidak mendukung dan tidak sinkron. Menurutnya UMS membutuhkan SDM yang membidangi sistem IT. Disinggung permasalahan kendala yang disebabkan dana, Arif berkomentar seharusnya universitas swasta lebih kreatif dalam mencari dana.
Lovita Ivan Hidayatullah, mahasiswa FAI sekaligus anggota DPM U berpendapat orientasi sudah luar biasa. “Namun pada kenyataan kurang sinkron dengan wacana yang dijanjikan,” ungkapnya, Jumat (9/12).
Lovita menilai kewajiban presensi 75 persen kurang dijalankan dengan baik di kalangan dosen, “kebanyakan dosen mengabaikan wacana tersebut,” terangnya. Sepaham dengan Arif, ia juga kecewa dengan pengambilan kebijakan rektor yang kurang menggandeng mahasiswa.
Ia menghimbau kepada rektor, terkait masa kerja rektor yang tersisa satu tahun untuk segera melaksanakan program yang belum dicapai serta lebih mensinkronkan antara wacana dan realita. Namun, ia juga melihat kinerja rektor sudah qualified. “Namun masih perlu perbaikan dan catatan terkait program kerjannya,” tutupnya (9/12). [Puspa/SA]