Oleh : Winda
Penerapan Magang sebagai Pengganti PPL mahasiswa FKIP UMS dirasa mahasiswa tidak efektif. Aturan baru yang diterapkan untuk mahasiswa FKIP angkatan 2013 memang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sarjana pendidikan nantinya. Akan tetapi pada prakteknya memang tidak demikian, mahasiswa magang umumnya hanya menghabiskan waktu dengan bersantai-santai disekolah yang telah di tentukan. Tidak menaunya tentang apa yang harus dilakukan menjadi alasan mereka diam. Miris bukan? Observasi yang dijalankan pun terasa tidak ada gunanya karena kurangnya pengetahuan.
Pihak sekolah yang menerima mahasiswa magang pun tidak mampu mengarahkan dengan baik. Mereka hanya menyediakan tempat bagi mahasiswa bersinggah, lalu membiarkannya diam. Guru pamong selaku pembimbing mahasiswa secara intern pun tidak memberikan apapun terhadap mahasiswa. Tak jarang saat mahasiswa mencari guru pamong, mereka malah dihadapkan pertanyaan “ada apa?”. Jika selalu begitu maka dirasa program magang hanyalah kegiatan buang waktu saat liburan.
Observasi yang dilakukan mahasiswa tentu harus membuahkan pengetahuan baru. Sekolahan yang telah dipilih UMS seharusnya benar-benar mampu mendidik mahasiswa FKIP UMS. Bukan hanya menyediakan tempat namun juga memberikan bimbingan yang diperlukan. Guru pamong yang memang harus memberikan pengarahan tentu harus tau tugasnya terlebih dahulu. Sehingga ketika mahasiswa mencari mereka tidak disuguhkan dengan pertanyaan “ada apa?” Atau malah bertanya “apa yang harus dilakukan?”. Penerapan program baru seharusnya mampu memperbaiki program terdahulu, perencanaanya pun harus matang sehingga tidak menimbulkan kesan kebingungan dari berbagai pihak. Tidak salah memang penerapan program baru tersebut, akan tetapi perlu adanya pertimbangan khusus mengenai peran sekolah, universitas dan kegiatan mahasiswa agar tidak terkesan membuang waktu dan tidak ada gunanya.