Oleh : Prince Victory Sucianto
Kantin mahasiswa tidak pernah sepi dari kumpulan beberapa mahasiswa dari segala fakultas. Ada yang makan, minum, dan ada pula yang hanya sekedar mengobrol. Obrolan mahasiswa cukup beragam, mulai dari masalah cinta, perkuliahan, sampai pada hal-hal aneh yang menyangkut dinamisasi kehidupan. Namun akhir-akhir ini, mahasiswa antara satu dengan yang lain sontak membicarakan hal yang sama. Semua bicara Juventus vs Barcelona.
Perbincangan soal juventus vs Barcelona nampaknya tidak hanya terjadi di kantin mahasiswa saja, melainkan merebak ke seluruh sudut-sudut kampus. Di masjid, taman, maupun ruang perkuliahan selalu saja ada beberapa mahasiswa yang membicarakan tentang Juventus vs Barcelona. Bahkan, ruangan atau kantor organisasi mahasiswa yang sebelumnya sering digunakan untuk diskusi mengenai kebijakan pemerintah, kini seakan-akan berganti tema menjadi Juventus vs Barcelona. Sebut saja komisariat IMM FKIP yang sebelumnya sangat sering mengkaji tentang kebijakan pemerintahan Jokowi-JK. Kini tiba-tiba berganti topik begitu saja. Kader-kader IMM FKIP heboh membicarakan soal partai besar final liga champion antara Juventus vs Barcelona. Siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Partai final liga champion antara Juventus vs Barcelona akan berlangsung di Berlin, Jerman pada tanggal 6 juni mendatang. Sudah jelas bahwa antara yang bertanding dan tempat bertanding sama sekali tidak ada kaitannya dengan negara Indonesia. Lalu kenapa sebagian besar masyarakat khususnya mahasiswa begitu gencar membicarakannya, mencoba meleburkan diri ke dalam suasana. Bahkan, tak sedikit yang sudah merencanakan acara nobar di tempat-tempat idaman. Sungguh miris negara ini, heboh menjadi penonton sepak bola negeri orang sementara sepak bola negaranya sendiri karut marut dibungkam mafia.
Seharusnya mahasiswa lebih aktif dalam membicarakan hal-hal yang lebih mencerminkan keakademisian. Seperti membahas isu-isu politik, positif-negatif kebijakan pemerintah dan seputar materi perkuliahan. Karena di tengah-tengah zaman yang semakin modern seperti saat ini, jarang sekali ada generasi muda yang berpikir kritis dan fundamentalis. Yang berusaha berpikir tentang kemajuan bangsa serta mencari solusi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan bangsa yang yang sedang terjadi. Soekarno pernah berkata “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Ini mengartikan bahwa generasi muda terlebih mahasiswa pada dasarnya merupakan poros dari maju atau mundurnya suatu bangsa. Jika kebanyakan mahasiswa hanya membicarakan Juventus vs Barcelona, kapan negara ini bisa maju. Sejarah nasional tidak di bicarakan, cerita rakyat juga tidak dibicarakan. Malah heboh dengan final tim sepak bola dari negara orang.
Final Juventus vs Barcelona biar saja terjadi. Dan itu halal di tonton. Tapi tidak untuk dijadikan perbincangan serius atau didiskusikan secara menggebu-gebu. Biarlah Tevez mencetak gol dengan kaki kirinya, Lionel Messi meliak-liuk melewati hadangan pemain bertahan lawan, dan Gianluigi Buffon menangkap bola dengan tenang. Semuanya bisa disaksikan melalui media visual apapun tanpa harus heboh membicarakannya di jauh-jauh hari sebelum laga dimulai. Sepak bola negara maju memang indah disaksikan. Tapi, sebagai bangsa indonesia janganlah pula lupa akan kemajuan tanah ibu pertiwi tercinta.