Selasa, Desember 5, 2023
Pabelan Online
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Liputan Khusus
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Investigasi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Liputan Khusus
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Investigasi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Pabelan Online
No Result
View All Result
Home Opini

Menimbang Kesiapan Kuliah Luring di UMS

24/01/2022
in Opini
0
Menimbang Kesiapan Kuliah Luring di UMS
0
SHARES
421
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sesuai keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) baru-baru ini bahwa perkuliahan akan dilakukan secara offline, dengan rincian mata kuliah praktikum 100%, mata kuliah klasikal/tutor/tematik dilaksanakan 75% secara luring, dan 25% secara daring melalui platform yang telah disediakan kampus. Keputusan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 49/A.2-II/BR/I/2022, ditetapkan pada 15 Januari 2022 lalu.

Mahasiswa angkatan 2020 seperti saya (penulis –red), yang sejak awal menyandang status sebagai mahasiswa belum pernah merasakan perkuliahan secara luring, cukup kaget dengan keputusan ini. Bukan berarti saya tidak mau melaksanakan kuliah luring, tetapi saya sedikit khawatir. Apakah saya dan mahasiswa lain seperti saya mampu beradaptasi dengan kebiasaan yang baru (perkuliahan luring –red).

“Mahasiswa transisi”, adalah sebutan yang saya buat untuk mendeskripsikan diri saya dan mahasiswa lain yang berada di satu angkatan dengan saya. Artinya, dalam hal ini kami dipaksa untuk bisa cepat beradaptasi dengan kebiasaan baru. Virus yang datang secara tiba-tiba ini cukup membuat “mahasiswa transisi” bingung.

Belum lagi adanya masalah-masalah baru yang berasal dari kebiasaan baru itu. Butuh waktu untuk kami selaraskan. Belum sempat menyelaraskan, tetapi sudah harus kembali pada kebiasaan lama. Yang mana hal itu perlu waktu pula untuk membiasakannya.

Menurut saya, keputusan yang diambil oleh para jajaran birokrat kampus sudah sangat tepat dalam hal ini. Saya menilai kalau tingkat efisiensi dari perkuliahan daring sangatlah minim. Misalnya dari sisi pemahaman mahasiswa yang anjlok dikarenakan harus membagi beberapa fokus ketika kuliah online. Saya kira pembaca bisa menangkap apa yang saya jelaskan dalam hal ini.

Mudahnya mengakses perkuliahan secara daring justru cenderung tidak dioptimalkan oleh kebanyakan mahasiswa dalam pembelajaran itu sendiri. Inilah yang saya rasakan selama kuliah daring, terlepas itu dari rasa malas dari diri sendiri. Faktor lainnya adalah sistem. Mahasiswa bisa saja masuk ke dalam room kuliah tanpa dosen ketahui bahwa mahasiswa ini benar mengikuti perkuliahan sebagaimana mestinya.

Belum lagi dengan dosen yang tidak terlalu memperhatikan mahasiswanya, yang dalam hal ini direpresentasikan dengan tidak mengisi kuliah lewat platform online seperti Google Meet atau Zoom. Kuliah menggunakan Schoology ataupun aplikasi semisal dengan itu, saya pikir sangat tidak efisien dalam memasukkan pemahaman materi terhadap mahasiswa.

Ketika perkuliahan sudah offline kembali, saya kira mahasiswa mau tidak mau harus terjun lagi ke kampus dengan berbagai persiapan yang ada. Mulai dari bangun pagi, menyiapkan pembelajaran, berangkat ke kampus, dan lain sebagainya. Lagi-lagi sistem offline yang kemudian memaksa mahasiswa harus beradaptasi dengan kebiasaan baru itu.

Hal ini berbeda 180 derajat dengan yang terjadi saat kuliah daring. Cukup dengan menggerakkan jari tanpa membuka mata saja, mahasiswa sudah dapat teridentifikasi hadir dalam kelas. Ini yang membuat kebanyakan mahasiwa luput dari berbagai macam pembelajaran.

Berdasarkan data yang saya ambil dari kuisioner yang dilakukan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Agama Islam (FAI) UMS terhadap kesiapan mahasiswa FAI mengenai kegiatan kuliah luring semester gasal 2021, data ini diisi oleh 817 responden mahasiswa FAI UMS. Sebanyak 80% telah siap untuk melaksanakan kuliah secara luring. Sedangkan jumlah lain menunnjukkan kesiapannya di semester ganjil yang akan datang.

Menurut saya, dari data ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah mulai muak dengan pembelajaran yang serba online, karena dinilai tidak lebih efektif jika dibandingkan ketika kuliah dilaksanakan secara offline.

Lagi-lagi, inilah pentingnya adaptasi oleh mahasiswa terhadap sistem yang kerap berubah-ubah. Dari luring ke daring, daring menuju semi luring, hingga semi luring ke luring total. Kecepatan adaptasi mahasiswa sangat diperlukan di sini. Karena jika tidak, hal ini akan mempengaruhi dunia akademik mahasiswa itu sendiri.

Sejauh ini saya menemukan ada beberapa mahasiswa yang merasa tidak siap akan peralihan sistem ini. Bahkan, ada yang meminta kuliah online ditangguhkan hingga dirinya lulus. Ini juga memberikan indikasi bahwa lingkungan kampus dinilai tidak efisien dalam menuntut ilmu, terlepas dari kemungkinan bahwa mahasiswa tersebut malas atau alasan lainnya.

Kemungkinan tadi saya kira bisa menjadi kritik terhadap kampus itu sendiri. Entah itu karena sekelumit masalah soal pelecehan seksual, masalah senioritas, sampai pelayanan ataupun fasilitas yang minim juga patut dijadikan bahan evaluasi bagi pihak kampus dalam memperbaiki kualitas pendidikan di UMS.

Regulasi mengenai kejahatan seksual di kampus, atau masalah-masalah intra di unit kegiatan mahasiswa (UKM), saya pikir harus segera diselesaikan oleh pihak kampus demi terciptanya iklim pendidikan yang nyaman.

Yang harus menjadi perhatian juga adalah kesiapan dosen dalam mengajar secara luring. Jangan sampai mahasiswa yang sudah semangat untuk mengemban ilmu, tiba-tiba hancur ketika mendapati dosen yang kurang aktif dalam memberikan materi kuliah. Pembaharuan metode dalam mengajar haruslah dilaksanakan demi menunjang kebutuhan mahasiswa.

Penulis            : Kowalski (nama pena)

Editor             : Aliffia Khoirinnisa

Tags: Keputusan RektorkuliahLuringMahasiswaUMS
Previous Post

Carut-Marut Pemilwa UMS 2021: Kejanggalan, Tuntutan, dan Kabar Burung

Next Post

Presma Tidak Hadir, Diskusi Terbuka Tak Menjawab Persoalan

Related Posts

UKT yang Masih Menjadi Persoalan Beban Mahasiswa
Opini

UKT yang Masih Menjadi Persoalan Beban Mahasiswa

by pabelan
30/11/2023
Kebebasan Berpendapat Dikekang, Lebih Baik Diam Atau Dibodohi Terus Menerus?
Opini

Kebebasan Berpendapat Dikekang, Lebih Baik Diam Atau Dibodohi Terus Menerus?

by pabelan
24/11/2023
Revolusi Batin: Pemuda Mengutuk Hantu Politik
Opini

Revolusi Batin: Pemuda Mengutuk Hantu Politik

by pabelan
13/11/2023
Peran yang Harus Ditanamkan Mahasiswa di Era 5.0
Opini

Peran yang Harus Ditanamkan Mahasiswa di Era 5.0

by pabelan
18/10/2023
Untuk Apa Mahasiswa Perlu Peduli Soal Isu Perpolitikan?
Opini

Untuk Apa Mahasiswa Perlu Peduli Soal Isu Perpolitikan?

by pabelan
11/10/2023
Next Post
Presma Tidak Hadir, Diskusi Terbuka Tak Menjawab Persoalan

Presma Tidak Hadir, Diskusi Terbuka Tak Menjawab Persoalan

Premium Content

Meskipun Sempat Dihadang, Aliansi Mahasiswa UMS Tetap Adakan Aksi Damai untuk KPK

Meskipun Sempat Dihadang, Aliansi Mahasiswa UMS Tetap Adakan Aksi Damai untuk KPK

24/06/2021

USF Adakan Art Night

05/03/2021
Tuntut Kuota Mahasiswa Baru, BEM Universitas Cenderawasih Kawal Permasalahan Kampus

Tuntut Kuota Mahasiswa Baru, BEM Universitas Cenderawasih Kawal Permasalahan Kampus

28/06/2023
Pabelan Online

© Copyright - LPM Pabelan 2023

Profil LPM Pabelan.

Navigasi

  • Cara Mengirim Tulisan
  • Home
  • Redaksi Pabelan-Online 2023
  • Struktur Pengurus LPM Pabelan Periode 2023
  • Warta
  • Tentang LPM Pabelan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Headline
  • Warta
    • Liputan Khusus
    • ranah mahasiswa
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Investigasi
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
  • Cara Mengirim Tulisan

© Copyright - LPM Pabelan 2023

Profil LPM Pabelan.