UMS, pabelan-online.com – Massa aksi dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Bangkit akan menggelar aksi konsolidasi nasional pada 7 April 2022 mendatang di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan konsolidasi ini untuk eskalasi gerakan pasca aksi 28 Maret 2022.
Setelah menggelar aksi di kawasan Patung Kuda pada Senin, 28 Maret 2022 lalu, di mana BEM SI Bangkit memberikan enam tuntutan yang harus dijawab oleh presiden. Tindak lanjutnya, BEM SI Bangkit akan kembali menggelar aksi untuk meminta jawaban dan pertanggungjawaban dari presiden setelah diberi jangka waktu 14 hari untuk menjawab.
Kepada reporter Pabelan-online.com, Luthfi Yufrizal selaku Koordinator Media BEM SI menuturkan mengenai rencana akan diadakannya gerakan serentak menuju gerakan nasional dengan mengadakan aksi serentak di seluruh wilayah Indonesia. Ia berpendapat, kemungkinan aksi ini akan lebih besar dari sebelumnya setelah menunggu jawaban dari presiden terkait dengan enam tuntutan yang sudah diajukan.
Beberapa tuntutan itu antara lain mendesak dan menuntut Presiden Joko Widodo untuk bersikap tegas menolak dan memberikan pernyataan sikap terhadap penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode. Hal itu dinilai telah mengkhianati konstitusi negara.
Kemudian, menuntut dan mendesak Presiden Joko Widodo untuk menunda dan mengkaji ulang Undang-Undang Ibu Kota Negara (UU IKN) termasuk dengan pasal-pasal yang bermasalah dan dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial, ekologi, politik, ekonomi, dan kebencanaan.
“Tuntutan yang sudah diajukan bisa dipenuhi dan dijawab langsung oleh presiden juga bisa memenuhi segala harapan dari rakyat Indonesia saat ini,” harapnya, Jumat(1/4/2022).
Shoffan Mujahid dari BEM Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) memberikan tanggapan terkait Konsolidasi Nasional BEM SI. Menurutnya aksi ini merupakan sebuah niat dan iktikad baik dari aliansi anggota BEM SI, khususnya bagi keresahan bersama dan ia sepakat bahwa aksi ini memiliki jalur perjuangan dalam memperjuangkan hak dasar Indonesia.
“Kesan dan manfaatnya banyak, yaitu meminimalisir gejolak dari elemen-elemen mahasiswa itu sendiri, eskalasi yang akan direncanakan dalam isu-isu nasional itu akan semakin lebih mudah untuk diakomodir dan agitasi massanya,” jelasnya, Minggu (3/4/2022).
Shoffan menyarankan untuk bersama-sama saling menyadari bahwa mahasiswa perlu menyatukan seluruh kekuatannya, yaitu gagasan dan massa. Kedua kekuatan ini ketika bisa dikolektifkan bersama akan meminimalisir konflik secara horizontal dengan mahasiswa, yang tentunya akan memberikan dampak baik bagi negara sebagai kontrol kebijakan kepada pemerintah.
“Gerakan mahasiswa akan terus membesar, gerakan mahasiswa akan terus meluas dan juga gerakan mahasiswa akan semakin mampu merubah keadaan dari keadaan yang membuat masyarakat terhimpit menjadi sebuah keaadan yang membuat masyarakat sejahtera,” harapnya.
Reporter : Detty Putri Marliana
Editor : Ashari Thahira