Perkuliahan merupakan tingkat pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi lagi di mana seorang dengan status ‘mahasiswa’ akan berfokus terhadap suatu bidang yang ditekuninya. Hal itu dilakukan guna mempersiapkan diri dalam karir di dunia kerja nantinya. Mahasiswa dituntut untuk terus meningkatkan segala pengetahuan dan skill yang dimiliki agar selalu up to date menghadapi perkembangan zaman yang terus maju.
Banyak sarana dan kesempatan yang dapat digunakan untuk mempercepat kelulusan, salah satunya dengan mengikuti Program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM). MBKM oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia yakni kegiatan magang yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesiapan dan keterserapan di dunia kerja. Mahasiswa tampak antusias dan bersuka rela mendaftarkan diri pada program tersebut, seperti yang tampak pada dua batch yang lalu.
Meski begitu, tampak beberapa masalah yang dikeluhkan sejumlah peserta bahwa program MBKM cenderung menjurus ke arah eksploitasi tenaga kerja. Dalam hal ini usaha yang dikerahkan mahasiswa magang dirasa tidak sebanding dengan hak-hak yang belum sepenuhnya terpenuhi.S elain itu adalah beberapa kali keterlambatan uang saku yang seharusnya diterima peserta magang
Mengutip dari laman Wartaeq.com, Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), menjelaskan alasan keterlambatan pembayaran uang saku pada diskusi bersama CNN. Hal ini karena proses administrasi pencairan uang saku merupakan proses yang panjang sehingga memerlukan waktu lama, seperti pengecekan data dan log book para peserta magang. Selain itu, adanya kesalahan nomor rekening juga menghambat pengiriman uang saku.
Sementara Xena Raihan Yuniansri, salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UMS mengungkapkan bahwa salah satu kegiatan bermanfaat yang bisa dicoba oleh para mahasiswa salah satunya yaitu MBKM yang diadakan oleh Kemendikbud.
Menurutnya, program ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa agar menguasai berbagai skill ataupun keilmuan yang bermanfaat dalam menghadapi dunia kerja nantinya. Menurutnya, banyak manfaat yang bisa diperoleh dalam mengikuti program MBKM ini. Ia berpendapat bahwa setelah mengikuti kegiatan Magang MBKM pandangannya mengenai dunia kerja menjadi jauh lebih luas. Pengalaman kepemimpinan diorganisasi juga sangat membantu proses pengerjaan projek, seperti penyampaian pendapat, management problem, problem solving, dan koordinasi dengan tim lain.
Manfaat lainnya dalam program ini kita bisa melakukan konversi sekitar 20 Satuan Kredit Semester (SKS) mata kuliah. Akan tetapi, hal ini tidak selamanya berjalan mulus karena aturan dari program MBKM menyarankan untuk fokus pada magang terlebih dahulu dan hanya diperbolehkan ambil mata kuliah wajib saja. Sehingga kembali juga kepada kebijakan masing- masing fakultas karena untuk mata kuliah yang bisa di konversi sudah ditentukan, jadi hanya bisa mengkonversi mata kuliah yang terdapat pada opsi tersebut dan tidak bisa full konversi 20 SKS.
Tentunya ada kekurangan dari MBKM yang banyak dirasakan sebagian peserta di mana mereka masih mengeluhkan mengenai keterlambatan pembayaran uang saku, permasalahan sistem konversi yang tidak bisa full 20 SKS, dan dugaan eksploitasi seperti beban kerja yang tidak sesuai job desc.
“Adanya keterlambatan uang saku ini cukup mengganggu, karena tidak bisa meng-cover keseluruhan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, perlu ditindaklanjuti jika terjadi eksploitasi terhadap peserta MBKM karena membuat seseorang mengerjakan apa yang bukan tanggungj awab mereka. Namun, hal tersebut kembali pada instansi yang menaungi, ada sebagian yang berlebihan, ada yang sesuai dengan porsi dan ada yang kurang serius dalam memberi pekerjaan kepada mentee,” ungkapnya, Jumat (25/6/2022).
Walaupun selebihnya dalam mengikuti program MBKM ini sudah sesuai harapan, ia juga berharap untuk batch selanjutnya penyelenggara program ini lebih dipertimbangkan lagi terutama pada bagian pemberian upah dan konversi SKS, agar peserta selanjutnya bisa menjalani program ini dengan baik.
Niila Alayya Adilla, salah satu mahasiswa Prodi Teknik Industri UMS merupakan contoh mahasiswa yang aktif mengikuti berbagai kegiatan akademik, salah satunya yakni program MBKM ini.
Saat ditanya mengenai target kelulusan, ia mengungkapkan keinginannya untuk bisa lulus cepat, tetapi masih ingin memanfaatkan statusnya sebagai mahasiswa dengan mengikuti kegiatan yang bisa menambah pengalaman dan meningkatkan skill.
“Sejak semester lima orientasiku sedikit berubah, ingin lebih nambah pengalaman kerja (magang) buat gambaran nantinya kalau sudah masuk ke dunia kerja, karena untuk saat ini memang banyak recruiter yang memprioritaskan applicant yang berpengalaman di suatu bidang,” tambahnya, Senin (13/6/2022).
Menurutnya, program MBKM dapat menjadi salah satu sarana untuk mempercepat kelulusan, tentu dengan tetap mempertimbangkan kebijakan dan aturan yang diterapkan. Dari sisi mahasiswa sendiri harus benar-benar mempelajari dan mempertimbangkan keputusan untuk mengambil program ini. Jangan sampai mahasiswa nantinya hanya ikut-ikutan tanpa memahami betul ketentuan yang berlaku.
“Terkadang kalau mau apply magang sering kepikiran sama kegiatan lain takut bentrok waktunya, tapi tentu ada rasa puas dan senang terhadap hasil yang didapat,” ungkapnya, Senin (13/6/2022).
Pemerintah dalam menyediakan suatu program dalam hal ini pada ranah pendidikan tentunya mempertimbangkan betul mengenai manfaat yang didapat oleh mahasiswa. Namun, penting untuk meningkatkan kualitas jalannya program ini agar dalam pelaksanaannya nanti tidak ada pihak yang dirugikan.
Reporter : Budi Rahayu
Editor : Anisa Fitri Rahmawati