UMS, pabelan-online.com – Tiga mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil lulus tanpa skripsi dengan membuat karya film berupa dokumenter yang tayang di saluran YouTube Wathcdoc Documentary pada pertengahan Juni 2022 lalu.
Dilansir dari sindonews.com, Menyisir Pantai Gili Ketapang adalah film yang dibuat oleh tiga mahasiswa asal UMM, yaitu Devano Ramadhan Pratama, Ahmad Ali Mahfud, dan Muhammad Sofwan.
Isi dari film dokumenter tersebut mengisahkan tentang bagaimana masyarakat Gili Ketapang yang sebelumnya sebagian besar menjadi nelayan kemudian beralih menjadi operator wisatawan. Karya tersebut menjadi suatu kebanggaan bagi mereka dan telah mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Devano, selaku anggota kelompok mengungkapkan terdapat banyak permasalahan saat berada di Gili Ketapang. Ia melihat permasalahan lingkungan yang memprihatinkan di sana, mulai dari tumpukan sampah, pengerukan pasir, hingga pengambilan terumbu karang.
“Gili Ketapang merupakan objek wisata unggulan yang berada di Jawa Timur. Apabila kebiasaan-kebiasaan tersebut terus berlanjut nantinya akan menimbulkan efek negatif pada pulau tersebut,” ungkapnya, Senin (4/7/2022).
Mahfud, anggota lainnya mengatakan film dokumenter tersebut mengangkat isu lingkungan di sekitar Gili Ketapang.
Ia mengisahkan, lahan yang semakin berkurang, pemukiman warga yang semakin meningkat, kebiasaan masyarakat yang sulit diubah, dan sampah yang menumpuk mengakibatkan kambing-kambing liar memakan sampah yang sudah menggunung. Bahkan, kata Mahfud, banyak kambing yang mati di pesisir pantai kemudian hanyut terbawa arus laut.
“Pemerintah menjalankan program pariwisata tetapi tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar,” ucapnya, Senin (4/7/2022).
Dihubungi Reporter Pabelan-online.com, Sofwan, sebagai salah satu anggota dalam projek dokumenter ini juga menceritakan awal mula ide pembuatan dokumenter tersebut.
Ia mengatakan kalau saat semester dua mereka diajak oleh dosen pembimbing untuk membuat film dokumenter yang berjudul Menyisir Pesisir Gili Ketapang. Ia mengungkapkan, saat itu pembuatan film dokumenter tidak terealisasikan karena banyak hal.
“Setelah kami menginjak semester akhir, barulah produksi film dokumenter ini kami produksi setelah melalui riset yang cukup panjang,” ungkapnya, Kamis (14/7/2022).
Ia juga mengatakan bahwa film ini diproduksi kurang lebih memakan waktu sembilan bulan, mulai dari riset, observasi, proses produksi, hingga pasca produksi.
“Untuk proses produksinya alhamdulillah kami diberi kelancaran selama berada di lokasi, hanya cuaca yang sulit diprediksi menjadi hambatan kami saat proses produksi film dokumenter ini, ungkapnya, Kamis (14/7/2022).
Sofwan berharap, agar mahasiswa Indonesia yang lain juga mau membuat suatu karya atau penelitian yang bermanfaat atau berdampak bagi masyarakat luas, sehingga penelitian pada skripsi tidak hanya menjadi tumpukan kertas yang hanya mengendap di suatu ruangan.
Reporter : Yuniyar Hadziyah
Editor : Aliffia Khoirinnisa