Judul Buku : Metamorfosa Samsa
Penulis : Franz Kafka
Penerjemah : Sigit Susanto
Penerbit : Baca
Jumlah Halaman : 100 halaman
Ketidakberdayaan dalam pemaknaan sering kali membuat seseorang kesulitan menemukan hakikat yang sesungguhnya dalam sebuah karya sastra. Metamorfosa Samsa yang ditulis Franz Kafka merupakan salah satu karya sastra dengan alur logika yang sulit untuk ditebak. Ditambah lagi, Kafka adalah seorang penulis dengan gaya perpaduan realisme-fantastisme.
“Ketika pada suatu pagi terbangun dari mimpi buruk, Gregor Samsa mendapati dirinya telah berubah menjadi seekor serangga raksasa yang menjijikkan di ranjangnya”.
Buku ini dibuka dengan sebuah kalimat yang hampir menggambarkan keseluruhan isinya. Samsa sebagai tokoh utama mengalami nasib nahas ketika bangun dari tidurnya. Ia harus berubah menjadi seekor serangga. Ia merasa tersiksa dengan perubahan atas dirinya, tetapi dalam keadaan seperti itu, ia mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa itu hanyalah mimpi dan sementara. Namun, bagaimanapun itu sebuah kenyataan, ia benar-benar menjadi seekor serangga raksasa yang menjijikan.
Samsa memiliki satu orang adik, ibu, dan ayah, serta pekerjaannya sebagai penjual kain keliling. Ia sebagai anak pertama sekaligus menjadi tulang punggung keluarga karena bisnis ayahnya mengalami kebangkrutan.
Hal tersebutlah yang membuatnya cemas dan ingin cepat-cepat pergi ke stasiun kereta untuk melakukan perjalanan sebagai pekerjaanya. Akan tetapi, hal tersebut nampaknya mustahil dilakukan dengan wujud yang tak manusia lagi.
Diperlakukan secara istimewa oleh keluarganya membuat Samsa mengalami krisis identitas sebagai manusia. Bagaimana tidak, suaranya sudah berubah menjadi suara serangga walaupun ia mengatakanya dengan jelas. Kemudian, Samsa lebih suka memakan makanan busuk serta kamar yang berubah menjadi sarang serangga telah mencerminkan krisis tersebut.
Ditambah lagi, keberadaannya semakin terancam dengan adanya ketidaknyamanan dari para penyewa apartemen lainnya. Maka, adik dan ayahnya sepakat untuk menyingkirkan Samsa.
Teramat tragis, Samsa yang dulu sebagai tulang punggung keluarga berubah menjadi seekor serangga yang harus mendekam dalam kegelapan dan kesunyian. Padahal dirinya teramat ingin untuk berinteraksi dengan keluarganya.
Sampai pada akhirnya, ia harus mati dalam kondisi yang memprihatinkan. Samsa mati dalam keadaan menjadi serangga menjijikan, kelaparan, dan menanggung derita.
Dengan gaya penulisan yang dimiliki Kafka telah memberikan sensasi yang unik bagi pembaca. Pembukaan buku yang sangat fenomenal karena Kafka telah memunculkan gambaran besar yang akan dialami oleh Samsa.
Hal ini juga yang membuat bingung sekaligus menarik bagi saya sebagai pembaca. Sebenarnya ingin ke arah manakah pesan dalam buku ini. Ditambah lagi dengan akhir cerita yang dibuat oleh Kafka seakan-akan menjebak pembaca dalam berbagai macam pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan tak berkesudahan.
Banyak pengkaji sastra mencoba untuk menjelaskan keseluruhan dari pesan apa yang hendak disampaikan oleh Kafka.
Saya kira buku ini cukup bagus untuk dibaca. Namun, ada beberapa bagian yang kurang menarik bagi saya, salah satunya bagaimana penyajian konflik yang hanya berkutat di dalam sebuah apartemen.
Mungkin saja Kafka ingin menambah kesuraman yang dialami oleh Samsa dengan menggunakan setting ruang yang sama. Namun, apabila hal tersebut dilakukan dari awal hingga akhir cerita, terasa amat menjemukan.
Meminjam kata dari Gustav Janouch bahwa cerita Metamorfosa Samsa ini menggambarkan Samsa adalah Kafka itu sendiri. Karena hampir memiliki kesamaan tempat, karakteristik karakter, dan suasana pekerjaan.
Mungkin itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Kafka. Namun, juga tak sepenuhnya benar karena itu hanyalah sebuah penafsiran melalui pendekatan ekstrinsik-gramatik dari sebuah karya sastra. Jadi, pembaca bisa secara bebas memaknai isi dari novel ini.
Interpretasi yang saya dapatkan dari novel ini adalah setiap manusia bisa saja terpenjara di dalam pola hidup yang sama dan pada akhirnya membawa dirinya kepada belenggu kenyamanan yang sulit untuk ditinggalkan.
Hingga ketika pola itu harus berubah oleh beberapa instrumen atau bahkan akan merubah banyak pola yang semestinya, manusia ketika itu tanpa disadari akan mengalami krisis identitas. Hal ini bisa dilihat ketika Samsa telah berubah menjadi seekor binatang yang menjijikkan.
Problematik kehidupan seperti itu sering dialami oleh sebagaian orang. Krisis identitas disebabkan peristiwa yang mengejutkan dan kehilangan kepercayaan dari orang terdekat serta pekerjaan. Hal-hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menentukan tujuan hidup yang jelas dan terukur. Memang tak mudah untuk mengembalikan jati diri apabila kita mengalami seperti apa yang dialami oleh Samsa.
Setelah membaca novel singkat Kafka ini, mungkin saja kita mendapatkan interpretasi-interpretasi yang lain. Interpretasi yang lebih filosofis mungkin dari karya yang bisa dikatakan fenomenal dan sering dikaji oleh para kritikus sastra.
Walaupun Kafka mengatakan bahwa draf tulisan metamorfosis ini jelek dan menakutkan, setidaknya ada beberapa interpretasi yang dapat kita temukan.
Penulis: Bagas Pangestu
Mahasiswa Aktif Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Ashari Thahira