Kamis, November 30, 2023
Pabelan Online
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Liputan Khusus
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Investigasi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Liputan Khusus
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Investigasi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Pabelan Online
No Result
View All Result
Home Opini

Organisasi Mahasiswa Mati, Salah Siapa?

14/04/2023
in Opini
0
Organisasi Mahasiswa Mati, Salah Siapa?
0
SHARES
10
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sorak-sorai massa kala itu ketika menuju gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Surakarta suasana yang begitu menggelegar, sambil jalan mereka menyampaikan tuntutan melalui Flayer dan poster yang dibawanya. Dengan bersimbah keringat di tengah bulan puasa mereka berpanas-panasan melakukan tuntutan aksinya. Sesampainya mereka di depan gedung dewan itu, mereka disambut baik oleh aparat yang didominasi polisi wanita (Polwan).

Ramainya suasana pada saat itu turut dihadiri dari gabungan dari beberapa mahasiswa universitas di Solo dengan melakukan aksi menuntut anggota DPRD untuk keluar guna menghampiri massa serta menandatangani tuntutan massa aksi.

Kehadiran mereka diwarnai aksi dengan riuh membakar ban, membawa tikus, menutup jalan dan sesekali mencemooh para anggota dengan kata-kata tikus dan pengkhianat. Anggota dewan yang justru keras kepala itu lantas keluar untuk mendatangi massa aksi dan menyetujui tuntutan mereka.

Tapi selang beberapa hari selepas aksi, sama sekali tak ada perubahan dengan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptakerja) yang masih saja berjalan. Tuntutan mereka semua seakan-akan hanya menjadi bahan candaan.

Apakah aksi yang dilakukan mereka para mahasiswa hanyalah sekadar formalitas? Atau hanya sekadar gengsi belaka melihat universitas lain ramai-ramai berdemo? Kalau tahu begitu kenapa mereka tidak turun menuntut aksi lagi?

Sudah menjadi pembicaraan sejak pandemi Covid-19 dimana seorang mahasiswa dipaksa mengurung diri di rumah dan bermain dengan handphone-nya masing-masing kala itu, mulailah banyak konten yang membahas seberapa penting organisasi mahasiswa di kampus. Ada yang bilang sangat penting ada yang bilang tidak penting sama sekali.

Dimata banyaknya mahasiswa, organisasi kampus sudah mulai kehilangan esensinya mangapa demikian? Boro-boro memberikan pengalaman, organisasi justru merusak karier akademik. Belum lagi senioritas yang tinggi seakan melekat tanpa sekat pada tubuh organisasi. Jadi masih salahkah jika ada mahasiswa yang memilih kuliah pulang notebenya terkenal dengan sebutan mahasiswa (kupu-kupu) daripada menjadi mahasiswa kuliah rapat (kura-kura)?.

Sebenarnya dari kejadian tersebut banyak sekali faktor yang menjadikan organisasi mahasiswa saat ini dibilang melemah. Pertama, mungkin dikarenakan minimnya esensi dan value yang ditawarkan pada anggotanya.

Tentu saja hal tersebut berdampak terhadap mereka semua untuk mencari wadah lain yang dapat memberikan pengalaman yang lebih besar, lebih-lebih mendapatkan penghasilan sampingan. Maka dengan begitu, mereka lebih tertarik dengan program pemerintah (seperti Kampus Merdeka) yang bisa membantu kegiatan akademik di kampusnya.

Adapun alasan kedua adalah masih terdapat budaya kuno dalam cara kerja di lingkup organisasi. Apalagi kalau bukan budaya senioritas. Hal semacam itu terkadang kerap kali kita jumpai bahwa organisasi mahasiswa sangat kental dengan sifat senioritas. Dengan berdalih pendisiplinan dan latihan mental mereka bergerak dibalik bayang-bayang tersebut untuk memeras dan memanfaatkan adik-adiknya.

Terlebih juga belum lagi adanya intervensi dari demisioner yang menyebabkan dalam suatu organisasi menjadi sulit untuk berkembang. Seringkali mereka melampaui batas sehingga mempengaruhi keputusan pengurus yang sedang menjalankan kepengurusan pada saat itu.

Idealnya posisi demisioner hanya bertindak sebatas pengawas dan pengarah saja namun, apabila ada hal-hal yang melenceng dari jalur organisasi maka bisa dibantu dan diberi pengetahuan. Bukan malah mencecar dan mengatakan kinerja pengurus tidak benar dan ataupun gagal. Sudah bekerja tidak digaji, dimarahi pula, siapa yang dengan sadar mau melakukan hal itu? Saya rasa tidak ada yang mau dengan hal semacam itu.

Pada intinya didalam suatu lingkup organisasi mahasiswa kini seharusnya segera berbenah dengan kondisi yang ada. Dikarenakan setiap tahunnya antusiasme mahasiswa terhadap kegiatan keorganisasian di kampus kian menurun.

Seharusnya fakta tersebut bisa menjadi bahan evaluasi kedepannya supaya kedepannya gerak langkah organisasi masih bisa menyambung hidup di kampus. Kalau organisasi tidak segera berbenah akan hal tersebut, maka tinggal tunggu waktu matinya saja.

Bukannya saya ingin menjatuhkan, saya juga mengalami hal ini dan sedang berupaya dalam mencari formulasi baru yang kiranya bisa relevan dengan kemauan anak-anak milenial kini.

Karena kalau masih menawarkan prestasi masa lalu seperti jejaring, public speaking dan lainnya saya kira itu sudah bisa mereka dapatkan di tempat lain tanpa harus masuk organisasi. Perlu dipikirkan lagi kedepannya terhadap apa yang sekiranya bisa menjadi nilai tambah pada suatu organisasi yang bisa didapatkan anggotanya nanti.

Penulis: Muhammad Iqbal

Mahasiswa Aktif Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Editor : Nimas Ayu Sholehah

Tags: budaya senioritasDemisionerMahasiswaopiniOrganisasi Mahasiswa
Previous Post

Gubernur BEM FKI UMS Menghilang, Belum Adanya Kejelasan Hingga Sekarang

Next Post

Tindakan Penyelewengan Dana SPI Kerap Terjadi, Perlu Adanya Transparansi

Related Posts

Kebebasan Berpendapat Dikekang, Lebih Baik Diam Atau Dibodohi Terus Menerus?
Opini

Kebebasan Berpendapat Dikekang, Lebih Baik Diam Atau Dibodohi Terus Menerus?

by pabelan
24/11/2023
Revolusi Batin: Pemuda Mengutuk Hantu Politik
Opini

Revolusi Batin: Pemuda Mengutuk Hantu Politik

by pabelan
13/11/2023
Peran yang Harus Ditanamkan Mahasiswa di Era 5.0
Opini

Peran yang Harus Ditanamkan Mahasiswa di Era 5.0

by pabelan
18/10/2023
Untuk Apa Mahasiswa Perlu Peduli Soal Isu Perpolitikan?
Opini

Untuk Apa Mahasiswa Perlu Peduli Soal Isu Perpolitikan?

by pabelan
11/10/2023
Homesick, Perasaan Naluriah Mahasiswa
Opini

Homesick, Perasaan Naluriah Mahasiswa

by pabelan
19/09/2023
Next Post
Tindakan Penyelewengan Dana SPI Kerap Terjadi, Perlu Adanya Transparansi

Tindakan Penyelewengan Dana SPI Kerap Terjadi, Perlu Adanya Transparansi

Premium Content

Rencana BAU Pekerjakan Mahasiswa Sebagai Checker

Rencana BAU Pekerjakan Mahasiswa Sebagai Checker

28/02/2015
Dikenakan Biaya Sewa, HMP PGSD Keluarkan Dana 200 Ribu Rupiah

Mahasiswa: Tidak Ada Kaitannya Sertifikat dengan Kajian

15/04/2017

Waduh.., UMS Gagal Lolos PIMNAS

02/09/2015
Pabelan Online

© Copyright - LPM Pabelan 2023

Profil LPM Pabelan.

Navigasi

  • Cara Mengirim Tulisan
  • Home
  • Redaksi Pabelan-Online 2023
  • Struktur Pengurus LPM Pabelan Periode 2023
  • Warta
  • Tentang LPM Pabelan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Headline
  • Warta
    • Liputan Khusus
    • ranah mahasiswa
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Investigasi
  • Wawancara
  • Gaya Hidup
  • Cara Mengirim Tulisan

© Copyright - LPM Pabelan 2023

Profil LPM Pabelan.