Untuk Sang Gadisku
Pagi butaku tak lupa mengisi dahaga
Hingga adzan berkumandang, kuserahkan diriku sepenuhnya
Berjalan di dinginnya hari, dengan setumpuk kenari
Mengingat apa yang ia iri
“Ayah, aku akan punya baju baru kan??”
Siang terik sang surya tak membuatku patah
Seribu duaribu rupiah
Perut ini malah berbisik haaa…
Tapi tetap kudekapkan niat hingga berbuka tiba
Malam-malam indah menjaga
Dengan sebuah hadiah darinya
Kurenungkan diri pada sang pencipta
Ya Tuhan…
Tolong jangan buat ia berkelu
Kuatkan aku sampai tak ada lagi pilu
Untuk gadisku, tunggu ayah ya…
Jelaga Rindu
Jelang malam jelaga rindu menggebu
Biar saja sayup-sayup senandung pilu tahu
Bila ada air mata terburai
Pada duka terhadap melodi rindu
Memang,
Selayaknya di awal-awal
Semua punya hak ‘tuk bertemu
Menebar senyum melempar rindu
Namun,
Biarlah senja yang tahu
Bahwa ada hati yang tabah, setabah mawar digenggam duri
Menanti waktu temu, walau layu telah menghampiri
Maka, biarlah jelaga rindu itu menggebu
Memang sudah sepatutnya seperti itu
Tak muluk bila pinta temu di lain waktu
Salam rindu pada angin termangu bisu
Kita Hilang
Kumandang syahdu bersahutan
Daun dan angin berisikan
Mengundang dentum pilu pada rindu
Kabur di mata tak berjiwa, tak beraga
Rembulan mengais menangis
Malam kelam berduka
Bila kau nestapa
Aku jadi kenang penuh lara
Kugusur gusar
Bila baju baru dapat menambal hati
Kubelikan untukmu agar lengang sedikit riang
‘Tuk melihat sebaris senyum menebar kenang
Tampaknya, luka terlalu kalas
Rona merah membuatku melayang
Tampaknya, raya tak lagi berpeluk lenggang
Kita tinggal bayang, kita telah hilang
Penulis: Naurah Qolbia Salamah
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Sarah Dwi Ardiningrum