UMS, pabelan-online.com – Mahasiswa Intan Jaya yang tergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Moni (IPMMO) Se-Jawa dan Bali menolak adanya rencana kehadiran Perseroan Terbatas (PT) Antam dan PT Inalum yang akan beroperasi di Kabupaten Intan Jaya.
Krisis iklim dan masalah lingkungan adalah dua masalah yang perlu mendapatkan perhatian. Peran mahasiswa sebagai insan akademis dibutuhkan dalam mencari solusi dari masalah-masalah tersebut, salah satunya mengenai kehadiran PT Antam dan PT Inalum.
Kedua perusahaan ini akan beroperasi di Kabupaten Intan Jaya, bersamaan dengan pengerahan militer yang berpotensi memicu perseteruan dengan masyarakat sipil.
Melansir dari laman jubi.id, Burume Kibame Kobogau, ketua pusat IPMMO se-Jawa dan Bali dengan tegas menolak penambahan pos-pos militer di beberapa titik tempat.
Pihaknya juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Intan Jaya agar secepatnya bisa menangani masalah yang ada, sebagai jaminan atas trauma masyarakat sipil yang sedang mengungsi setelah terjadinya penyisiran aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Wilayah yang dijadikan tempat pengungsian tersebut ada di beberapa kampung, yakni di Kampung Munumai, Matalipa, Mbamogo, dan Dangoa. Selain itu, Kobogau menilai kehadiran perusahaan dapat memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan hidup di Intan Jaya.
“Itu sudah sepakati bersama perwakilan beberapa tokoh yang mengatasnamakan masyarakat dan Kapolres (Kepala Kepolisian Resor – Red) Intan Jaya serta Koramil (Komando Rayon Militer – Red) Sugapa. Karena hal itu akan menyempitkan ruang gerak masyarakat di sekitarnya serta menimbulkan trauma berat bagi masyarakat,” ujar Kobogau, Selasa, (2/5/23).
Dihubungi oleh tim reporter Pabelan-Online Agni AlGhifari selaku Anggota Badan Eksekutif (BEM) Universitas Padjajaran (UNPAD) Dapartemen Lingkungan Hidup turut memberikan tanggapannya mengenai masalah lingkungan yang terjadi. Menurutnya, mahasiswa sebagai agent of change, harus bisa membuat perubahan terhadap aspek kehidupan yang ada.
Ia berpendapat, dalam mengawal isu lingkungan ini, mahasiswa memiliki peran yang sangat banyak. Pertama sosialisasi, kampanye, dan propaganda. Kedua, aksi nyata yang bisa menggerakan, mengubah, dan menginspirasi mahasiswa lain dan masyarakat.
Lanjutnya, dunia hari ini sedang menghadapi tantangan krisis iklim atau perubahan iklim. Masalah ini sangat berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Jika lingkungan hidup tidak dijaga dengan baik, maka dampak buruk dari krisis iklim ini akan semakin masif kita rasakan. Sehingga, menurutnya, masalah ini penting untuk dicari solusinya.
“Harapan saya mahasiswa bisa lebih sadar dan bisa mensosialisaikan lebih luas kepada mahasiswa lain dan masyarakat terkait masalah-masalah lingkungan hidup ini. Saya juga berharap masalah lingkungan di bumi kita ini dapat disadari oleh semua pihak dan masalah ini dapat terselesaikan,” tutupnya Jumat, (12/5/23).
Reporter: Sofie Shuja Rachmasya
Editor: Muhammad Iqbal