UMS, pabelan-online.com – Adanya dualisme kepemimpinan rektor Universitas Islam Lamongan (Unisla) yakni Penanggungjawab (PJ) Rektor Dody Eko Wijayanto dan Pj Rektor Abdul Ghofur kini masih terus berlangsung. Hal ini berpengaruh pada aktivitas mahasiswa Unisla.
Chelvin Akbar Putra selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisla mengungkapkan, bahwa dirinya sangat mengecam keras adanya dualisme kepemimpinan itu, baginya hal tersebut sangat mengganggu.
“Seharusnya dalam suatu lembaga hanya ada satu pemimpin, karena ketika ada dualisme ini menjadi sebuah hal yang membingungkan siapa yang memimpin saat ini. Terlebih adanya perbedaan jadwal akademik dan administrasi,” ungkapnya, Senin (29/5/23).
Disisi lain Chelvin mengungkapkan, pihak kampus masih sama-sama melaporkan soal akta dan baginya keduanya masih meninggikan egosentris masing-masing, sehingga saat ini masih membenarkan kubunya masing-masing tanpa ada pembahasan bersama.
Ia menambahkan, bahwa akhir-akhir ini terdapat intervensi juga intimidasi terhadap mahasiswa yang dilarang untuk tidak mengikuti aksi daripada BEM dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).
“Kami harap keduanya dapat menyelesaikan seluruh polemik secara internal dan sama-sama ikhlas untuk menyelesaikan permasalah dualisme ini hingga selesai. Apabila tidak sesuai rilis, kami akan membawa ke lembaga yang lebih tinggi, entah itu Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan – Red) ataupun Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi Perguruan Tinggi – Red,” tegasnya.
Farizki Ainurrokhim, salah satu mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Agrobisnis Perikanan Unisla turut memberikan pandangannya soal dualisme yang sedang terjadi saat ini. Baginya, beberapa permasalahan yang sudah lebih dulu terjadi menjadi salah satu alasan yang tidak dapat dilepaskan dari kasus tersebut.
“Salah satunya adanya dugaan tindak korupsi dana beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Isu tersebut sudah dikaji dan teman-teman ikut gerakan, hingga pihak terkait (Kemendikbud- Red) menghasilkan adanya laporan audit penyelewengan Bidikmisi dan KIP, oknum yang terduga adalah salah satunya rektor sebelumnya ( Bambang Eko Muljono – Red),” jelasnya, Jumat (26/5/23).
Selain itu, adanya dualisme tersebut bagi Farizki menjadi sebuah pengalihan isu untuk rektor Unisla yang tidak bertanggung jawab akan permasalahan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya.
“Hingga saat ini imbas konflik dualisme yang dihadapi mahasiswa cukup berat, dan menyebabkan perbedaan informasi bagi mahasiswa karena ada dua belah pihak menyampaikan informasi secara pasti, akan tetapi penyampaian keduanya berbeda. Jika konflik dualisme ini berlarut-larut akan menganggu, seperti kelulusan yang tertunda,” tuturnya.
Sebagai penutup, Farizki berharap jika pihak kampus dapat segera menyelesaikan permasalahan tersebut, baik konflik dualisme maupun kasus dugaan korupsi terkait beasiswa Bidikmisi dan KIP, serta pihak-pihak yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut mendapatkan hukuman yang layak.
Reporter: Shafy Garneta Maheswari
Editor: Sarah Dwi Ardiningrum