Beberapa pekan lalu, dunia mahasiswa sempat diramaikan oleh berita tentang adanya pembekuan pada salah satu organisasi eksekutif di Universitas Brawijaya, yakni Eksekutif Mahasiswa (EM) UB.
Pembekuan organisasi tersebut dilakukan oleh Wakil Rektor (WR) III UB yang melarang adanya aksi demonstrasi yang dilakukan EM UB baik di luar atau di dalam kampus. Kasus ini menjadi bukti masih dibatasinya kebebasan mahasiswa dalam menyalurkan aspirasinya.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, sudah seharusnya mendapatkan haknya untuk menjadi kritis dan idealis. Di sisi lain, kampus sudah seharusnya mendukung mahasiswa untuk berkembang baik dari segi intelektualnya maupun karakternya.
Akan tetapi berkaca pada kasus tersebut, menunjukkan kondisi sebaliknya. Kampus yang semestinya memfasilitasi perkembangan mahasiswa, malah membatasi ruang aspirasi yang ada. Tindakan kampus yang seakan ‘alergi’ atas berbagai kritik tersebut tentu menjadi keresahan tersendiri bagi mahasiswa. Tindakan tersebut telah mematikan nalar kritis serta kebebasan berpikir seorang mahasiswa yang dilarang menyampaikan aspirasinya melalui demo.
Padahal jika ditelisik lebih mendalam, mahasiswa yang sering kali disebut sebagai Agent of Change (Agen Perubahan) tentu mempunyai peranan yang cukup penting dalam mengubah tatanan di kampus, bahkan tatanan sosial masyarakat menjadi dunia yang adil dan berimbang.
Mahasiswa dengan aspirasi-aspirasi yang telah dikemukakannya itu nantinya, diharapkan mampu menjadi generasi penerus bangsa yang dapat membawa perubahan-perubahan positif untuk kampus maupun pada masyarakat.
Sejatinya aspirasi bukanlah sebuah ancaman atau tindak intimidasi yang harus ditakuti pihak kampus. Aspirasi seharusnya dipandang sebagai sebuah masukan yang harus dibenahi oleh pihak yang bersangkutan.
Maka kedepannya, aspirasi yang telah disampaikan mahasiswa seharusnya dapat digunakan menjadi bahan evaluasi untuk bisa berbenah supaya dapat berkembang lebih baik lagi. Sudah seharusnya kampus juga mengembalikan peran mahasiswa sebagai Agent Of Change yang kritis dan idealis.