Judul Film : Negeri 5 Menara
Sutradara : Affandi Abdul Rachman
Produser : Salman Aristo
Penulis : Ahmad Fuadi
Durasi : 114 menit
Tanggal Rilis : 1 Maret 2012
Film Negeri 5 Menara adalah sebuah karya fiksi yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis berbakat, Ahmad Fuadi. Negeri 5 Menara merupakan drama yang mengulas persahabatan enam orang santri dari pesantren yang berasal dari suku berbeda-beda.
Setiap sore mereka duduk di depan masjid dan bermimpi untuk bisa menuntut ilmu hingga ke luar negeri. Mereka lalu berjuang untuk mewujudkan impiannya. Dengan kesungguhan dan jiwa yang tekun, setelah sekian tahun masing-masing mereka akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya menggapai dunia.
Alif dengan kesederhanaannya, baru saja lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Maninjau. Bersama sahabatnya Randai, Alif ingin melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bukit Tinggi dan kemudian ingin masuk ke kampus impiannya, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namun, mimpi tinggalah mimpi ketika orang tuanya menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Jawa Timur. Pada awalnya Alif tidak mau menuruti keinginan orangtuanya.
Namun, akhirnya Alif memenuhi pinta orang tuanya, walau dengan setengah hati Alif berangkat ke Pulau Jawa. Hal ini karena Alif dididik untuk selalu berbakti dengan orang tuanya maka ia mengalah dan pergi untuk menimba ilmu di pesantren.
Awalnya, Alif lebih sering menyendiri di pesantren. Namun, seiring berjalannya waktu, Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Said dari Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmajid dari Madura.
Di bawah menara masjid, mereka berenam sering menunggu azan maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk barat. Di mata mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing.
Di bawah menara masjid mereka menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Mengenal sahabat-sahabatnya yang memiliki karakter berbeda-beda dengan suku yang berbeda-beda pula,membuat Alif semakin nyaman dan senang hidup di pesantren.
Dalam suasana kelas yang kian menghangat, ustadz Salman di tengah-tengah pembicaraannya menyelipkan motivasi yang membuat seluruh isi ruangan kelas semakin semangat. Kata motivasi yang menyentak seisi kelas dan “mantra” ini pula yang akan menjadi modal utama dalam membangkitkan semangat para keenam Sahibul Menara, yaitu Man Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Kian hari suasana dalam pesantren kini telah merubah mimpi Alif yang ingin menempuh pendidikan di ITB. Seiring berjalannya waktu, Alif kini mulai terbiasa dengan penjara agama yang telah merubah hidupnya, pola pikir, dan yang paling penting hangatnya persaudaraan yang dia rasakan.
Film ini memberikan banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti nilai religius yang meliputi; cinta kepada Allah, ikhlas, belajar, mengajar, salat, hafalan Al quran, beribadah, bersyukur dan, berdoa.
Nilai moral yang meliputi; belajar bersama, disiplin, tertib, patuh, kerja keras, bersungguh-sungguh, jujur, patang menyerah, tanggung jawab, dan mandiri.
Nilai sosial yang meliputi; peduli, persaudaraan, kebersamaan, saling membantu, kerja sama, dan persahabatan. Serta, nilai budaya; yang meliputi adat jual beli, nama marga, dan garis keturunan. Semua nilai pendidikan tersebut disampaikan dengan tidak bersifat menggurui, tetapi melalui struktur cerita yang memiliki nilai estetis.
Keunggulan lain, film ini membuat penonton termotivasi setiap melihat scene karena selalu terdapat satu kata atau kalimat yang memotivasi. Setiap pembawaan dari pemain yang memiliki ciri khas dari suku dan watak yang berbeda-beda membuat para penontonnya tidak bosan dan monoton terhadap satu karakter saja.
Ada Baso yang tidak terlalu fasih dalam berbahasa Indonesia,yang kerap menggunakan bahasa daerahnya. Alif dengan sifat yang dingin dan terlihat pendiam yang memiliki mimpi melanjutkan mimpinya di kampus idamannya ITB, harus terhenti saat harus menimba ilmu di pesantren yang tidak pernah ia bayangkan.
Para Sahibul Menara selalu berpikir visioner dan bercita-cita besar. Mereka memiliki ambisi untuk menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga Afrika. Di bawah Menara Masjid Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa menaklukan dunia dan mencapai cita-cita dan menjadi orang besar yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Keenam sahabat tersebut telah menggambarkan mimpi mereka di langit di bawah menara yang mereka jadikan tempat nongkrong di waktu istirahat. Mimpi yang mereka gambarkan dalam film itu menjadi bukti bahwa bermimpi itu harus berani, walaupun banyak orang bilang kalau mimpi kita adalah hal yang mustahil.
Jangan pernah meremehkan impian seseorang, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha mendengar. Dengan mantra Man Jadda Wajada siapa yang bersungguh-sungguh dapatlah ia.
Penulis: Seliana Putri
Editor Sarah Dwi Ardiningrum