Judul film: Bumi Manusia
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Salman Aristo
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Durasi: 181 menit
Tanggal Rilis: 15 Agustus 2019
Bumi Manusia, adaptasi film yang sangat ditunggu-tunggu dari buku klasik Indonesia berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer. Film yang menceritakan kisah cinta, perjuangan, dan konflik sosial dengan latar belakang yang kuat tentang sejarah Indonesia selama penjajahan Belanda.
Film ini menceritakan tentang Minke, yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan, seorang pemuda Indonesia yang pintar dan berani pada awal tahun 1900-an. Minke bercita-cita untuk memperoleh pendidikan tinggi dan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia yang tertindas. Diperankan oleh Mawar Eva de Jongh. Minke menemukan cinta pertamanya yang rumit saat bertemu dengan seorang gadis wanita belanda cantik bernama Annelies. Perbedaan latar belakang budaya dan status sosial menyebabkan masalah ini.
Puncak konflik dalam film ini terjadi ketika Minke bergabung dengan organisasi kemerdekaan Indonesia yang semakin aktif dalam menentang penjajahan Belanda. Film ini dengan indah menggambarkan konflik politik dan sosial Minke serta ketegangan emosional dalam hubungannya dengan Annelies.
Penampilan para aktor dalam “Bumi Manusia” sangat mengagumkan, terutama Iqbal Ramadhan, yang memainkan karakter Minke dengan sangat baik. Selain itu, latar belakang era kolonial digambarkan dengan sangat detail, membawa penonton ke dalam suasana masa itu. Musik film juga sangat emosional dan mendukung cerita dengan baik.
Minke digambarkan sebagai orang yang penuh semangat, berani, dan jujur. Dia berjuang untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang dibagi oleh kolonialisme, tetapi di sisi lain Minke juga digambarkan sebagai pribadi yang kompleks. Meskipun dia memiliki impian besar, dia juga berjuang dalam cinta yang rumit dengan wanita Belanda Annelies (diperankan oleh Mawar Eva de Jongh).
Annelies, karakter yang sangat berbeda dari Minke, adalah seorang wanita yang mencoba mencari identitasnya di tengah perselisihan budaya dan sosial. Pertanyaan tentang identitas, cinta, dan pengorbanan muncul dalam hubungannya dengan Minke.
Sementara itu, film ini juga menggambarkan mentor Minke, Jean Marais (diperankan oleh Christine Hakim), yang sangat mempengaruhi perjuangannya. Jean Marais adalah orang yang bijak dan membantu Minke menjadi tokoh perubahan.
Selain itu, film ini menampilkan karakter pendukung yang kuat, seperti tokoh-tokoh pribumi yang mendukung Minke dalam perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka menciptakan dinamika yang kuat dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Penggambaran karakter dalam cerita ini memiliki pemahaman yang mendalam tentang setiap karakter dan nuansa emosional yang kuat. Selain itu, mereka dengan sukses menunjukkan transformasi karakter Minke selama perjuangannya, dari seorang pemuda idealis hingga seorang pemimpin yang berani.
Selain itu, film ini menimbulkan pertanyaan tentang cinta, perjuangan, dan identitas nasional, yang masih relevan hingga hari ini. Film ini menumbuhkan rasa nasionalisme kita dengan mengingatkan kita pada sejarah perjuangan orang Indonesia.
“Bumi Manusia” disisipi penggambaran cerita yang mendalam dan menyentuh, beberapa kritikus mungkin berpendapat bahwa alur cerita dan karakter mungkin lebih baik. Secara keseluruhan, film ini masih patut diapresiasi karena upayanya untuk membawa salah satu karya sastra terpenting Indonesia ke layar lebar.
Kurangnya film ini hasil adaptasi dari sebuah novel yang cukup tebal dan mempunyai cerita yang panjang. Sama halnya ketika menjadi sebuah film durasi yang cukup panjang dan alurnya berat. Jadi, penonton yang belum terbiasa membuat sedikit berpikir berat atas film ini.
Dalam keseluruhan, film “Bumi Manusia” menggabungkan cinta, perjuangan, dan pertanyaan tentang identitas nasional dengan cara yang memikat dan menghadirkan cerita penting dalam sejarah Indonesia. “Bumi Manusia” adalah film yang sangat layak untuk ditonton bagi mereka yang tertarik pada sejarah dan drama romantis yang mendalam.
Penulis: Naurah Qolbia Salamah
Mahasiswa Aktif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Editor: Sarah Dwi Ardiningrum