Berbicara tentang kemajuan di zaman sekarang, rasanya tak jauh dari membahas revolusi industri 4.0 bahkan yang sudah merangkak ke era society 5.0. Seperti yang sering kita dengar saat ini, yang mana pergeseran itu merupakan sebuah perubahan yang terjadi secara besar-besaran di berbagai bidang, seperti pertanian, transportasi, pertambangan, infrastruktur, dan teknologi.
Tentunya hal tersebut bisa saja membawa perubahan-perubahan yang signifikan, baik itu secara ekonomi, kondisi sosial, serta budaya yang ada pada saat ini.
Menghadapi perubahan dan perkembangan zaman yang semakin cepat dan pesat pada saat ini, rasanya baru saja kemarin memasuki era revolusi industri 4.0, sekarang telah bergeser ke era society 5.0. Generasi muda, khususnya mahasiswa karena saya menduduki di bangku perkuliahan tentunya memegang peran penting dalam kemajuan zaman, segala potensi yang dimiliki menjadi penentu bagaimana kualitas bangsa Indonesia di masa depan.
Tak jarang juga kita dengar bahwa “mahasiswa harus banyak inovasi” bukan semata-mata perkataan biasa, melainkan hal itu bisa menjadi modal penting dalam menghadapi era society 5.0 ini.
Faktanya, di zaman sekarang orang-orang lebih banyak berinteraksi melalui handphone, mereka selalu ingin mencari tahu mengenai perkembangan zaman saat ini. Mereka mencari, belajar, dan bekerja di dalam lingkungan inovasi yang sangat mengandalkan teknologi untuk melakukan perubahan di berbagai aspek kehidupannya.
Maka dari itu, peran mahasiswa dalam era digitalisasi tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi, tetapi juga pada mencakup potensi yang dapat menularkan kepada masyarakat yang lain.
Dalam menghadapi era society 5.0 peran mahasiswa tentunya paling dibutuhkan, mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change tentunya adalah ujung tombak perubahan yang peduli pada negaranya maupun lingkungan sekitarnya.
Mahasiswa sebagai pilar dari kaum muda sekaligus generasi pencetus harus menaruh perhatian lebih terhadap kondisi yang terjadi saat ini. “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat merubah dunia”. Begitulah kutipan dari salah satu pemimpin kita.
Yang menjadi persoalan adalah tidak sedikit di antara mahasiswa-mahasiswa sekarang saling bersaing, apalagi bersaing secara tidak sehat seperti menjatuhkan temannya sendiri. Tentu jika dikaitkan sekarang ini, hal tersebut sudah tidak relevan. Sekarang adalah zamannya berkolaborasi, berkolaborasi artinya bekerjasama.
Kemampuan mahasiswa dalam berkolaborasi tentu sangat penting dalam membangun jaringan sosial dan karir. Hal ini juga menggerakkan kampus-kampus di seluruh dunia untuk mendorong para mahasiswanya agar mampu mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman maupun lembaga. Seperti itulah kiranya bersaing secara sehat.
Selain menyandang title mahasiswa, hal yang harus ditanamkan dalam menghadapi era society 5.0 ini adalah memiliki wawasan yang lebih luas, jika wawasan luas saja tidak cukup, maka harus lebih luas dalam hal perkembangan teknologi dan mampu memanfaatkannya. Tidak hanya sekedar memenuhi kepuasan diri atau mengetahui perkembangannya saja, tetapi juga mahasiswa harus dapat menyaringnya dengan cerdas.
Karena benda yang setiap saat kita bawa, seperti handphone bisa menjadi pisau bermata dua. Bisa menjadi barang untuk membunuh orang lain dan bahkan bisa membunuh diri kita sendiri. Seperti mengutip yang disampaikan Mudir (Kyai Pimpinan Pesantren – red) saya ketika saya masih menggunakan seragam putih abu kala itu.
Selain itu, mahasiswa sebagai pembelajar sepanjang hayat (longlife learner) harus memiliki kepekaan terhadap hal-hal baru ataupun hal-hal di sekitarnya.
Selain itu, kita sebagai mahasiswa juga harus mengasah skill sesuai dengan zamannya, agar ke depannya nanti dapat beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi tantangan di era society 5.0 ini.
Mengapa? Karena jika kita sendiri tidak kuat menahan gempuran atau tantangan saat ini, yang ada kita yang akan tergerus oleh zaman.
Sebagai refleksi penulis, sudah patutnya kita sebagai mahasiswa melakukan dobrakan-dobrakan baru dan merepresentasikannya. Memang masih banyak waktu dan kesempatan untuk berbenah, namun ketika hal yang sifatnya urgensi dianggap remeh-temeh, sesuatu yang dianggap mustahil, akan tetap menjadi mustahil.
Terakhir, mari kita sama-sama sebagai mahasiswa yang memiliki peran penting dalam era society 5.0 mampu menghasilkan kreativitas tanpa batas, inovasi, kolaborasi, dan memperkaya literasi terkait adanya perkembangan teknologi agar dapat bersaing secara global dalam menyongsong masa depan yang cerah. Hidup mahasiswa!
Penulis: Ridhwan Nabawi
Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Ashari Thahira