Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disingkat dengan KKN adalah salah satu program di Perguruan Tinggi di mana program tersebut berbentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Kegiatan biasanya dilaksanakan di sebuah desa, yang dikenal dengan istilah desa binaan.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, kini mahasiswa dapat mengikuti program KKN bukan hanya di desa yang terdapat di dalam negeri saja, namun juga dapat melaksanakannya di luar negeri. Hal inilah yang disebut dengan KKN Internasional.
Hal serupa juga pernah diikuti oleh salah satu mahasiswa Univeritas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang bernama Aiman Fitri. Pada awal bulan Oktober lalu, ia telah merampungkan kegiatan KKN yang dilaksanakan di Malaysia. Kegiatan yang diikutinya itu berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
“KKN Internasional ini betul merupakan program kampus dan tahun ini merupakan batch pertama. Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 5 September hingga 3 Oktober di dua Provinsi di Malaysia, yaitu Selangor dan Perak,” ungkapnya pada Minggu (5/11/2023).
Kepada reporter pabelan-online.com ia juga menjelaskan beberapa hal yang ia persiapkan, antara lain menyiapkan persyaratan berupa berkas-berkas dan pembayaran uang akomodasi. Selain itu, ia juga mengikuti seleksi yang diselenggarakan seperti mengaji, fisik, akademik, serta kesiapan finansial.
Ia menambahkan, bahwa pada batch pertama terdapat sejumlah 39 mahasiswa yang berangkat ke Malaysia untuk mengikuti KKN Internasional. Kemudian dari jumlah itu, mahasiswa dibagi lagi menjadi kelompok yang masing-masingnya berisi 6-7 mahasiswa.
Selama Aiman menjalani KKN Internasional berbagai kegiatan yang dilakukannya antara lain mengajar di sekolah. Ia bercerita jika kelompok Aiman pada saat itu mendapatkan bagian untuk mengajar siswa pada tingkat Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan kelompok lain ada yang mendapatkan bagian untuk mengajar di Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Selain mengajar, terdapat kegiatan-kegiatan lain seperti acara rihlah ilmiah ke kota-kota di Malaysia dan bakti sosial yang dilakukan di kampung-kampung.
“Pengalaman menarik selama melaksanakan kegiatan KKN di Malaysia adalah cara belajar mereka. Sekolah yang kita datangi ini sudah menggunakan sistem pembelajaran secara digital,” tambahnya, Minggu (5/11/2023).
Dalam pelaksanaan kegiatan selama satu bulan itu, Aiman merasakan sukanya selama menjalani KKN, lantaran anak didiknya yang ia ampu ramah terhadap orang pendatang, serta tenaga pengajar yang dirasanya sangat membantu proses KKN para mahasiswa.
Dukanya tak luput dari pengalamannya itu, menurutnya rentang waktu KKN selama satu bulan itu baginya terlalu sebentar.
“Overall culture yang ada di Indonesia dan Malaysia itu tidak terlalu berbeda jauh. Hanya saja, ketika pertama datang ke Malaysia saya merasa sedikit kesulitan untuk menerima masakan di Malaysia. Namun aspek lain seperti bahasa dan pergaulan hampir sama,” jelasnya, Minggu (5/11/2023).
Ia juga berharap adanya pengadaan program KKN Internasional ini, selain bertambahnya peserta KKN Internasional, ia juga berharap agar lokasi sekolah untuk melaksanakan kegiatan KKN ditambah lagi.
Reporter pabelan-online.com juga berkesempatan menghubungi salah satu mahasiswa yang pernah menjadi peserta KKN Internasional bernama Pratiwi Yulia Saputri, mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Alasannya kala itu mengikuti program KKN Internasional tak lain adalah karena merupakan program yang ditawarkan oleh Fakultasnya. Walaupun merupakan program dari kampus, KKN Internasional ini bukanlah merupakan program wajib. Selain KKN Internasional terdapat pula program serupa yang ditawarkan oleh kampus, namun lokasi KKN berada di luar Jawa.
“Kegiatan ini berlangsung selama 28 hari yaitu dari akhir Juli hingga akhir Agustus. Persiapan yang saya lakukan antara lain menyiapkan kesehatan diri, berkas-berkas seperti paspor dan surat izin orang tua, barang pribadi untuk kegiatan sehari-hari, modul penunjang pembelajaran, dan biaya hidup selama di sana,” imbuhnya, Kamis (09/11/2023).
Selama KKN, Pratiwi ditempatkan di Sanggar Bimbingan Belajar Ikatan Alumni Bata-Bata (IKABA) dan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) 1 di wilayah Selangor, Malaysia.
Dari kegiatan yang Pratiwi ikuti ini selain belajar untuk mandiri dengan mengelola anggaran kebutuhan hidupnya, ia juga belajar mengenai arti hidup di tanah asing. Selain itu ia juga menjadi bersyukur karena bisa mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia.
Pratiwi mengungkapkan jika ia marasakan beberapa perbedaan antara sekolah di Indonesia dan di tempatnya menjalankan KKN. Di sana para siswa memanggilnya dengan sebutan ‘cikgu’ yang berarti guru dalam bahasa Malaysia.
Di sisi lain, fasilitas di tempat tersebut pun berbeda dengan sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya, kemudian di sanggarnya tempatnya mengabdi para siswa belajar menggunakan meja yang biasanya digunakan untuk mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).
Selain itu, terdapat jam tidur siang setelah istirahat salat Zuhur dan makan siang hingga jam pembelajaran sore dimulai kembali.
“Sukanya, kami sering diajak jalan-jalan keliling Malaysia oleh pengelola sanggar saat weekend karena kebetulan pengelolanya adalah orang Indonesia asli. Kalau dukanya malah ke hal-hal sepele, misalnya air di kamar mandi yang sering macet,” ungkapnya mengakhiri percakapan, Kamis.
Reporter: Viona Riana Sari
Editor: Aisyah Fayi Ivana