Apakah Anda termasuk pengguna aktif facebook atau jejaring sosial lainnya? Atau malah menjadi salah satu pecandunya. Misalnya Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman. Anda juga rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.
Laporan terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti facebook atau MySpace juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respon kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan Anda saat ini.
Suatu hubungan mulai menjadi kering ketika para individunya tak lagi menghadiri social gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena “berpisah” dari komputernya.
Sekelompok dokter yang tergabung dalam American Academy of Pediatrics memperingatkan para orang tua akan munculnya risiko depresi akibat penggunaan situs jejaring sosial ini. Mereka menyebut gejala “Facebook Depression” dapat mengancam para remaja akibat terobsesi dengan situs online tersebut.
Sebelumnya, para pakar menyatakan ketidaksetujuannya kalau facebook berkaitan langsung dengan depresi pada beberapa anak. Mereka menilai, untuk menyimpulkan hubungan antara situs pertemanan dengan gejala depresi pada anak tidaklah mudah. Demikian pula untuk membedakan kondisi psikis yang berhubungan dengan penggunaan situs ini.
Tetapi Gwenn O’Keeffe, dokter anak di Boston yang menulis panduan penggunaan jejaring sosial untuk American Academy of Paediatrics menyatakan, terdapat aspek unik dari facebook yang dapat menimbulkan kesulitan bagi anak-anak dengan rasa percaya diri rendah.
Sebagai media untuk ajang bereksperesi di mana seseorang dapat berbagi isi hati, meng-update status, atau memasang foto-foto pribadi saat bersenang-senang, laman facebook menurut O’Keeffe justru dapat membuat sebagian anak merasa lebih buruk. Mereka yang percaya dirinya rendah ini berpikir kalau mereka tidak bernasib sama.
Dengan panduan yang diberikan American Academy of Paediatrics, kata O’Keefe para dokter diharapkan menyampaikan pesan kepada para orang tua agar mereka mau mengawasi anak-anaknya. Orang tua dapat menyampaikan kepada anak-anaknya tentang cara menggunakan internet yang baik dan mewaspadai depresi atau risiko penggunaan online lainnya seperti cyberbullying dan sexting. . (Siti Sholekah S)