Pabelan-online.com, UMS – Mengubah keringat menjadi kristal, itulah ungkapan yang bisa menggambarkan Nasrudin, Bherta dan Qori Pratiwi. Tiga Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UMS yang menyabet juara delapan nasional Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat.
PKM-M berjudul Pelatihan Keterampilan Merawat Diri pada Penderita Kusta dan Keluarganya di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tersebut berhasil membawa tim dari FIK mendapat tempat di Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) Makassar.
Gelar juara yang mereka sandang sekarang ini tidak diraih semudah membalik telapak tangan. Mereka rela mengetuk pintu rumah warga satu demi satu guna menjelaskan seperti apa penyakit bernama Kusta itu. “Kami melakukan pengabdian masyarakat selama enam jam mulai jam 08.00-13.00. Kadang jika ada warga yang minta konsultasi sore juga masih kami layani,” tutur ketua tim PKM-M Qori Pratiwi.
Pengabdian yang mereka lakukan selama empat hari tersebut dilaksanakan di 21 desa daerah Ngawi. Mereka bertiga juga rela merogoh kocek sendiri untuk biaya sewa kost di Ngawi. “Dari kota Ngawi sampai tempat kegiatan ada tujuh kilometer, kita harus menunggu kendaran umum sekitar satu jam,” kata Qori sambil mengerutkan keningnya.
Banyak pengalaman yang dibawa Qori dan timnya setelah pulang dari Ngawi. Ia mengaku sampai pernah menangis waktu melaksanakan kegiatan disana. Saat ditanya apa penyebabnya, Qori mengatakan itu hanya masalah teknis. “Ketika breafing kami merasa disalahin,” ungkapnya sembari tersenyum.
Qori dan timnya sudah memberikan penyuluhan kepada 123 orang yang mengidap kusta. Ia mengatakan metode yang digunakan dalam pengabdiannya kali ini berbeda karena mengolaborasikan keluarga dengan penderita. “Keluarga juga kami berikan pengertian masalah kusta karena nanti merekalah yang merawat penderita,” jelasnya.
Pemberantasan kusta menurutnya merupakan tanggung jawab bersama. Penderita kusta butuh uluran tangan, jadi tidak boleh dikucilkan. “Tolong disampaikan pesan ini untuk yang lain,” katanya sambil tersenyum.
Rahasia Sukses PKM
Banyak sebernarnya PKM yang menarik, namun kenapa tidak lolos? Menjawab pentanyaan ini, Qori hanya tersenyum. Ia mengatakan jika yang penting dari PKM itu adalah keberlanjutan program, dan harus ada mitranya. “Apapun programnya yang penting itu tindak lanjutnya,” tuturnya.
Menanggapi keberhasilannya menduduki pringkat delapan nasional, Qori mengaku senang. Ia berhasil mengalahkan universitas yang lebih ternama seperti Universitas Gajah mada (UGM) dan Institut Tekhnologi Bandung (ITB). “PKM-M dibagi menjadi tiga kelas, kami masuk kelas tiga dan berhasil jadi juara,” terangnya. (Ryan)