Pernah kalian melihat Pasukan Pengibar Bendera Kemerdekaan (PASKIBRAKA) latihan dengan instruktur dari anggota TNI? Betapa perjuangannya mereka harus mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk mengibarkan bendera sang saka merah putih. Apalagi yang saat ini dimana bulan Agustus yang bertepatan dengan bulan Ramadan pada kalender hijriyah. Meskipun tak dipungkiri negeri ini adalah negeri yang mayoritas muslim maka akan banyak anggota Paskibraka yang puasa. Betapa perjuangan mereka harus latihan di bawah terik matahari dengan menahan lapar terutama dahaga, belum lagi bentak hardik dari instruktur disetiap kesalahan mereka.
Sedikit bentuk gambaran pengabdian pada bangsa ini untuk menunjukan rasa nasionalisme maupun rasa patriotisme sebagai warga negara Indonesia. Banyak jalan dan cara untuk menunjukkan rasa cinta kita pada negeri ini, tak harus selamanya mengikuti upacara bendera kemerdekaan saja. Percuma kita mengikuti upacara bendera kemerdekaan namun kita tidak khusuk dalam menjalankannya, itu sama saja dengan melecehkannya.
Agustus, adalah bulan dimana kita memiliki semangat nasionalisme yang tinggi dikarenakan pada tanggal 17 Agustus, 66 tahun yang silam negara ini mendeklarasikan keberadaannya. Khusus untuk Agustus tahun ini, bertepatan dengan bulan Ramadan dimana bagi umat muslim adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan namun harus menjaga hawa nafsunya sebagai manusia maka negeri ini pun seharusnya demikian. Tahun ini adalah momentum dimana setiap penduduk di negeri ini harus mampu mengembalikan semangat nasionalismenya namun tak lupa untuk tetap menjaga hawa nafsu.
Berapa kasus korupsi yang merajalela beberapa tahun ini yang tak terselesaikan atau ujung-ujungnya pelakunya harus melarikan diri keluar negeri dan foya-foya di negeri orang dengan menggunakan uang pajak kita. Berapa juta anak-anak terlantar yang tak dipelihara negara seperti yang termaktub di dalam UUD? Atau berapa persenkah janji-janji dari wakil rakyat pada pemilu 2009 lalu yang ia tepati? Atau bagi kita mahasiswa sudahkan kita istiqomah dijalan kita dahulu ketika kita berjanji kepada orang tua untuk menuntuk ilmu di universitas ini? Atau seberapa bersihkan teman-teman semua ketika mengerjakan soal ujian?
Diatas hanyalah sebuah pertanyaan kecil bagi negeri ini atau mahasiswa pada khususnya karena masyarakat terlanjur mengecap bahwa mahasiswa adalah agen perubahan untuk memperbaiki bangsa ini. Mahasiswa dengan menyandang status “maha”-nya seharusnya mampu berbuat banyak dalam memaknai apa yang disebut nasionalisme terlebih kalau mampu melaksanakan patriotisme. Kebermaknaan nasionalisme itu tak selamanya harus berwujud upacara-upacara sakral namun juga bisa berwujud tindakan kita untuk mencintai tanah air kita ini. Atau setidaknya perwujudan pengamalan ilmu yang telah didapat kepada masyarakat.
Negeri ini sebenarnya tidak hanya kaya sumber daya alam (SDA) namun juga kaya dalam hal sumber daya manusia (SDM). Bayangkan berapa piala yang telah diborong anak-anak bangsa dalam lomba olimpiade sains tingkat internasional? Atau setidak-tidaknya berapa doctor atau professor yang memilih bekerja di luar negeri daripada di dalam negeri? Sebetulnya kita tak perlu mengharap negera akan memberikan kompensasi apa pada anda jika anda bekerja disini, namun anda yang harus memberikan kompensasi kepada negeri ini karena semasa kecil anda di didik di sistem negara ini. Seperi apa yang telah diucap oleh mantan presiden Amerika Serikat “jangan kau Tanya apa yang telah diberikan negara padamu namun tanyalah apa yang telah kau berikan bagi negerimu”.
Ramadan adalah bulan penuh berkah, bulan dimana setiap muslim akan berjuang mati-matian untuk menyelesaikan ibadah puasa yakni menahan hawa nafsu di siang hari dan tanpa pelampiasan di malam hari selama satu bulan penuh. Bulan ini adalah jembatan untuk bulan depan dimana terdapat bulan syawal yang berarti bulan kemenangan. Kemenangan secara pembersihan jiwa maupun secara pola pikir masyarakat dalam bertindak.
Bagi sebagian orang bulan puasa identik dengan menurunnya poduktifitas dirinnya dikarenakan sedang menahan lapar dan dahaga. Inilah yang mengakibatkan makna puasa ini bergeser, sebenarnya ini adalah bulan yang paling tepat untuk meningkatkan produktifitas kita karena hal ini bisa mengukur sejauh mana tenaga dan otak kita bisa bertindak optimal dengan kemampuan cadangan energi yang terbatas. Jangan sampai Ramadan kali ini hanya akan menjadi “pengagungan” adzan maghrib sehingga yang sebetulnya setan itu dibelunggu kalah dengan nafsu pribadi kita.
Ini adalah momentum yang tepat untuk kita semua introspeksi diri dalam mengisi kemerdekaan negeri ini. Berapa puluh tahun kita hidup sudah melakukan apa saja bagi Indonesia terutama masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Negeri makmur tak bisa dipandang dari alamnya yang indah namun sejahteranya masyarakat yang menghuni didalamnya. Lalu tugas kita sebagai agent of positif change adalah sejauh mana kita akan mengantarkan negeri ini menjadi negara yang sejahtera, adil dan makmur seperti yang tertuang didalam pembukaaan UUD 1945.
Oleh: Tomi Kurniawan
Mahasiswa Psikologi yang masih berjuang dengan kejiwaannya
Pegiat di LPM Pabelan