Indonesia telah memasuki usianya yang ke 66 tahun, sejak di proklamasikanya kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta. Bapak baru perjuangan dengan harapan baru, dan meperbaharui nilai serta tekad untuk memperbaiki apa yang sudah rusak sejak masa imprealisme. Di masa awal inilah semangat dan cita – cita didengungkan segenap bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.
Kemerdekaan Nasional adalah perjuangan untuk merebut bentuk atau wadah, yaitu kemerdekaan. Dan Tujuan Nasional (Nasioanal Interets) yaitu seperti telah digariskan sebagai tujuan nasinonal. Jadi segala perjuangan yang dilakukan sesudah tanggal 17 Agustus 1945 hingga kini adalah untuk mencapai apa yang dikatakan sebagai Nasinaonal Interest berlandaskan ideology pancasila untuk mengisi, mengamalkan kemerdekaan nasional yang telah diproklamasikan Faundhing Father.
Hal ini adalah sebuah rentetan dalam sejarah perjuangan panjang yang dimuali dari kesadaran nasional yang diprakasai oleh para pemuda pemudi Indonesia. Dimulai dari titik awal kelahiran Boedi Utomo pada tahun 1908, di susul dengan deklarasi sumpah pemuda pata tanggal 28 Oktober 1928. dan masa revolusi kemerdekaan 1945. Satu bukti nyata kecintaan terhadap tanah air pemuda –pemudi dalam upaya mewujudkan kemrdekaan bangsanya.
Peran besar pemuda dalam Proklamasi adalah drama heroik nasional yang tidak haus kekuasaan, jarang direnungkan. Dalam episode hari Proklamasi Kemerdekaan misalnya. Ketimbang melantik diri menjadi ”proklamator kemerdekaan”, sosok-sosok pemuda seperti Soekarni dan kawan-kawan lebih memilih menjadikan diri sebagai ”penculik” sang Proklamator (Soekarno-Hatta). Semangat peran pemuda ketika itu tidak dipenuhi oleh syahwat politik, tetapi kesadaran melihat fungsi peran diri untuk NKRI. Tercatat sejarah menjadi ”penculik” pun tidak masalah, jika memang itu yang terbaik untuk bangsa ini. Kurang lebih demikian yang mereka pikirkan.
Di hari kemerdekaan inilah, kita menilik sejarah perjuangan dan mereflesikan kembali semangat kesadaran nasional untuk melanjutkan cita-cita kemerdekan yang masih dalam kegamangan antara harapan dan kenyataan. Apalagi kini di tengah kemewahan dunia tidak jarang kemudian pemuda terjebak dalam kegerlamatan dunia yang serba instan. budaya hedonis, konsumerisme kini semakin menjatuhkan sisi idealism pemuda sebagai The Leader Tomorrom “ sekedar meminjam istilah Malak Fajar.
Perjuangan pemuda pada kontek realitas hari ini terjebak pada perjuangan politik kekuasaan. Banyaknya organisasi-organisasi kepemudaan (OKP) yang memiliki hubungan mesra dengan kekuasaan. Harus diakui kehadiran beberapa OKP cenderung berjibaku dengan urusan struktural kekuasaan ketimbang kultural. Bahkan tidak jarang mereka mengakui diri sebagai organisasi onderbouw kelompok kepentingan tertentu. Parahnya lagi, beberapa oknum yang terbilang tua, menyebut diri ”pemuda” dalam aksi politiknya. Ini fakta menyedihkan dalam membaca peran pemuda atas republik belakangan ini. Makna peran yang hanya didefinisikan sebagai partisipasi politik praktis bukan saja sebentuk pengerdilan lingkup peran pemuda. Ia juga menurunkan derajat pemuda dengan menjatuhkan citranya pada haus kekuasaan. Konsekuensi yang dapat kita lihat dari penyempitan peran pada ranah politik kekuasaan adalah matinya peran ilmu pengetahuan.
Pemuda yang seharusnya juga memilki peranana sebagai moral force dalam dinamika kehiduapan berbangsa dan bernegara. menjadi penyambung lidah dan control social dalam melakukan pengawalan terhadap kebijakan pemerintah mewujudkan cita-cita prokalamasi yang tertuang dalam UUD ’45. ….untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanaakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social,……
Dan bagaimanapun pemuda memilki peran strategis dalam upaya membangun tujuan kemandirian nasional. Oleh kerena perlu satu langkah untuk melanjutkan perjuangan bangsa adalah dengan melakukan kaderisasi pemuda dalam bidang kepemimpinan yang di tunjang dengan pengusaan ilmu pengetahuan dan teknolgi serta yang ditobang dengan pembangunan moral. Revitalisasi ideology nasioanal sebagai falsafah berbangsa dan bernegara, sehingga karakter yang akan terbentuk di jiwa pemuda adalah karakter yang memilki jiwa patriotism integritas antara penguasaan ilmu pengetahuan dan moral. karakter atas kesadaran nasioanla yang diperkuat dengan moral religiusitas.
Semoga Proklamasi kemerdekaan ke 66 tahun menjadi pengguguah semangat pemuda-pemudi untuk kembali menjadi tulang punggung bangsa Indonesia. Dengan semangat kemerdekaan. Merdeka…. Merdeka….. Merdeka……
Oleh: Supriyono As Soka
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukoharjo