- UMS Siap Gunakan Software Pendeteksi Plagiarisme
Oleh: Gingga Romadhon Pamudhar
UMS, Koran Pabelan
UMS benar-benar serius memberantas plagiarisme dalam lingkup kampus . Pasalnya UMS akan membeli perangkat lunak (software) pendeteksi plagiarisme pada skripsi maupun penelitian dosen. Rencananya software bernama Turnitin ini diuji coba secara resmi di perpustaan pusat akhir November.
“Software pelacak plagiat tersebut sudah di uji coba di perpustakaan pusat beberapa minggu yang lalu. Hal ini sebagai langkah pencegahan plagiarisme,” jelas Rektor UMS, Bambang Setiaji selepas acara penutupan dies natalis UMS ke-53 di Auditorium Moch Djazman, Senin (23/10).
Menurutnya ini adalah tindak lanjut dari penyebarkan banner anti plagiarism di tiap-tiap fakultas. “Software tersebut memang sengaja dibeli secara online dan telah di uji coba oleh petugas perpustakaan pusat dan ini memang inisiatif langsung dari saya,” lanjut rektor UMS tersebut.
Cara kerja software Trinitun ini, menurutnya bisa mendeteksi skripsi mahasiswa maupun penelitian dosen yang benar-benar hasil dari plagiarisme.
“Jika ditemukan indikasi plagiarisme, langsung tertolak dan wajib mengulangnya untuk membuat kembali,” tegas Bambang.
Kepala Perpustakaan Pusat, UMS, Moordiningsih mengaku telah melakukan pelatihan penggunaan software tersebut kepada petugas perpustakaan. “Insya allah bulan November tahun ini bisa diaplikasikan di perpustakaan. Akan tetapi harus ada sosialisasi dahulu kepada civitas akademika UMS terutama dosen dan mahasiswa,“ ujarnya, Rabu (25/10).
Pihak Perpustakaan mengatakan, software online ini dibeli dari Jakarta dan mampu mendeteksi plagiarisme khususnya skripsi dari berbagai universitas yang tersebar di Indonesia termasuk UMS juga.
Pembelian software berharga puluhan juta ini selain mencegah plagiarisme, lanjut Moordiningsih secara tidak langsung bisa memberdayakan potensi diri citivas akademika. “Agar nantinya mereka (citivas akademika, red) bisa mengembangkan kapasitas inteletual secara tanpa plagiarisme. Sehingga proses belajar mengajar di kampus berjalan semestinya ,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Progdi Pendidikan Ekonomi Akutansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), DJalal Fuadi setuju dan apresiasi dengan pengadaan software pendeteksi plagiat tersebut. “Tentu kebijakan itu harus didukung dengan perangkat lainnya seperti civitas akademika. Menurut saya, plagiarisme merupakan pembodohan dan menghambat munculnya ide-ide kreatif,” terangnya , Kamis (26/10).
Lanjut Jalal, kesadaran diri sendiri menolak plagiarisme dari citivitas akademika jauh lebih penting. “Jika sejak dini sudah menanamkan kesadaran anti plagiarisme di dalam lubuk hati itu malah lebih bagus dan paling efektif,” imbuhnya.
Chlaras Listiyani, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika semester 7 mengaku pengadaan software anti plagiarisme bisa merangsang mahasiswa lebih aktif. “Dalam artian mahasiswa bisa jujur dan aktif mencari referensi-referensi untuk bahan skripsi dan menumbuhkan kompetensi tanpa plagiat,” ucapnya, Jumat (27/10). Menolak plagiarisme, menurutnya bisa membantu meningkatkan kualitas akademik mahasiswa agar nanti mudah mencari lapangan pekerjaan.