Setelah edisi kemarin Jelajah menyajikan suasana indah nan alami di lereng Gunung Merapi tepatnya di irung petruk, kali ini redaksi akan mengantarkan pembaca untuk ikut merasakan wisata di Kota Solo. Bukan perjalanan biasa karena edisi kali ini redaksi menggunakan alat transportasi yang sudah tidak asing lagi di kota Solo yaitu Batik Solo Trans (BST) sambil menikmati indahnya Kota Bengawan. Ingin tahu bagaimana Jelajah tabloid kali ini seperti apa? Ayo kita simak laporan reporter Tabloid Pabelan Pos, Andri Qoirul Saifudin.
Ablo (sapaan Tabloid Pabelan Pos) mengawali jelajah kali ini dari halte depan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pagi yang cerah mengiringi langkah kaki Ablo menuju sebuah halte sebelah timur lampu merah pertigaan UMS. Memerlukan waktu sekitar lima sampai sepuluh menit hingga idola transportasi itu muncul.
Tampak laju dari arah barat membelah keramaian di jalan Ahmad Yani. Bus berwarna biru bermotifkan batik pada sebagian awak bus melambangkan ciri khas kota Solo, yaitu batik. Perlahan bus mulai merapat pada sisi kiri jalan menuju calon penumpangnya yang duduk di halte.
Pintu pun terbuka, Ablo dipersilahkan masuk dan tampak seorang petugas kondektur perempuan dengan senyum ramahnya sembari bertanya kemana tujuan yang akan dituju. Ia memberikan smart card yang nantinya dimasukkan ke sebuah kotak kecil digunakan untuk menghitung penumpang. Nuansa ruangan dengan tempat duduk saling berhadapan semakin nyaman dengan ditambah pendingin ruangan berupa Air Conditioner (AC) menambah aroma kesejukan. Seakan ingin terus rasanya berlama-lama di dalam BST dengan mata kami yang dimanjakan dengan pemandangan perkotaan di samping jalan.
Perlahan BST yang Ablo tumpangi mulai menerobos kerumunan mesin berjalan yang saling beriringan di jalan raya. Hanya selang waktu selama lima menit untuk sampai pada halte satu ke halte berikutnya dan begitulah seterusnya. Terdengar juga setiap pos halte seorang kondektur pasti meneriakkan telah sampai pada tujuan halte yang akan disinggahinya.
Pada awal perjalan kali ini, Ablo menjumpai salah satu tempat berbelanja yang cukup megah di sebelah selatan jalan tepatnya sebuah mall. Sebuah tempat perbelanjaan modern yang biasanya dikunjungi oleh keluarga dan sebagian besar anak muda.
Jelajah berlanjut menyusuri Jalan Slamet Riyadi. Kali ini Ablo menjumpai Stasiun Kereta Api Purwosari. Stasiun ini dapat dikatakan tempatnya begitu strategis karena letaknya di jantung kota batik dan dapat dilewati jalur bus umum. Namun tidak jarang juga menimbulkan kemacatan panjang yang membuat antre kendaraan yang lewat.
Melaju semakin ke timur, BST yang begitu menarik perhatian menerobos indahnya kota Solo. City walk merupakan sapaan di pinggiran Jalan Slamet Riyadi yang selalu menjadi daya tarik wisatawan dan masyarakat karena kerindangan dan kenyamanannya. Di city walk ini masyarakat bisa menikmati indahnya kota budaya walau hanya sekedar untuk melepas penat.
Dalam perjalanan Ablo sempat berbincang dengan salah satu penumpang BST, Oktiana. Gadis berusia 19 tahun ini mengungkapkan bahwa naik BST lebih cepat dan nyaman dari pada transportasi jenis yang lain. Apalagi ditambah dengan pelayanan yang ramah dan fasilitas yang nyaman. Hanya dengan membayar Rp3000,00 ia sudah dapat menikmati perjalanan yang nyaman. Namun khusus rute ke bandara tarifnya berbeda, yaitu penumpang ditarik sebesar Rp7000,00.
Tidak lama kemudian, disebelah kanan jalan bisa dijumpai Taman Sriwedari yang merupakan salah satu taman rekreasi di kota Solo. Berjalan semakin ke timur kemudian dapat dijumpai tempat penjualan barang-barang antik dan kuno, yaitu daerah Ngarsopuro, tepatnya Pasar Triwindu.
Sesampainya di halte dekat Balaikota, Ablo mencoba menjelajahi dengan berjalan kaki. Ablo pun mulai melangkahkan kaki ke arah timur menuju Pasar Gede Surakarta. Tampak berbagai kesibukan para penjual dan pembeli yang saling menawar, tampak juga aparat keamanan sibuk mengatur lalu lintas di sekitar jalan Pasar Gede.
Perjalanan Ablo menelusuri komplek pertokoan Pasar Gede mencoba mencari sisi menarik dan unik dari pasar ini. Perjalanan pun berhenti sejenak untuk melihat keramaian di sebuah rumah makan. Rumah Makan Timlo Sastro, sebuah rumah makan makanan khas Solo, timlo yang cukup populer dan sudah menjadi rujukan bagi orang Solo maupun luar kota.
Jika kita hendak menemukan rumah makan ini cukuplah mudah. Ablo memberikan jalan alternatif, cukup dengan turun BST di halte Pasar Gede, berjalan keselatan sekitar sepuluh meter dan kemudian berjalan ke timur sekitar dua puluh lima meter maka anda dapat menemukan rumah makan yang laris ini. Alamat tepatnya R.M Timlo Sastro, Pasar Gede Timur. No.12 (Balong). Rumah makan ini buka mulai pukul 6.30 pagi hingga 15.30 sore.
Disini kita dapat menikmati timlo dengan cita rasa yang sangat menggugah selera dan lidah akan dimanjakan dengan rasa gurih dan segar yang bercapur di dalamnya. Dapat dijamin para penikmatnya merasa ketagihan. Hanya dengan meregoh kocek antara Rp5000,00 sampai Rp15.000,00 anda dapat menikmatinya, tinggal apa pesanannya.
Selesai menikmati Timlo Sastro, Ablo kembali melanjutkan jelajahnya dengan perjalanan melewati arus balik dengan BST lagi. Pada perjalan kali ini BST masih melewati tempat-tempat yang istimewa antara lain Pusat Grosir Solo (PGS), dan tidak jauh ke timur kita dapat melihat pula tempat berbelanja Beteng.
Rute balik kali ini, BST melewati jalur selatan antara lain Jl. Kapten Mulyadi (Pasar Kliwon), RS. Kustati, dan seterusnya. Di Jalan Veteran dapat dijumpai tempat grosir yaitu Lotte Mart. Terus berjalan BST melewati Jalan Dr.Radjiman dapat kita jumpai Rumah makan Timlo Sastro 2 yang merupakan cabang dari Rumah Makan Sastro di Pasar Gede.
Jelajah selanjutnya kemudian berpetualang menuju bandara Adi Soemarmo. Tujuan ke bandara sedikit lebih jauh sehingga memerlukan waktu sekitar 30 menit. Jalur yang ditempuh BST menuju bandara melewati Terminal Kartosuro sebelum sampai ke Bandara Adi Soemarmo.
Menelusuri jalanan menuju bandara banyak ditemukan pemandangan yang asri dan sejuk. Sebelah kanan kiri jalan masih berupa bentangan sawah-sawah hijau. Lima menit berlalu sampailah tablo di Bandara Adi Soemarmo. Lapangan penerbangan ini merupakan salah satu bandara internasional di Jawa Tengah yang letaknya di Kabupaten Boyolali.
Ablo melakukan jelajah di sekitar bandara, melangkahkan kaki keluar dari pintu merupakan awal petualangan di bandara. Berjalan dan mencoba mencari apa yang menarik di sekitar bandara. Mengayunkan kaki menerobos teriknya matahari tidak mematahkan semangat Ablo, panorama alam yang hijau sejenak menghilangkan lelah dalam diri.
Cuaca yang terik membuat kerongkongan terasa kering, berhenti sejenak untuk melepas dahaga di warung Dawet Ayu belakang bandara. Dawet Ayu sendiri merupakan minuman pelepas dahaga yang terkenal dari Banjarnegara, teguk demi teguk kami rasakan dan dapat melunturkan rasa dahaga pada kerongkongan.
Manis kesan pertama kali saat meneguk dawet ini dengan dicampur es menambah sensasi kesegaran. Komposisi dasar antara lain cendol dan air santan memberikan rasa-rasa gurih pada dawet ini. Cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp2500,00 kita sudah dapat menikmati kesegarannya.
Setelah puas menjelajahi wisata di Kota Solo dan sekitarnya, Ablo pun kembali ke kampus UMS dengan menaiki BST kembali. Sebuah perjalanan dipagi hari yang cukup menarik dan menyenangkan di Kota Batik ini.
Transportasi Batik Solo Trans :
- UMS – Pasar Gede     :          @ orang         Rp. 3000,00
- Pasar Gede – Bandara           :          @ orang         Rp. 7000,00
Konsumsi       :
- Timlo Sastro               :          @ orang         Rp. 7000,00
- Dawet Ayu                 :          @ orang         Rp. 2500,00