Oleh : Muammar Khadafie
Kabit keilmuan di Komunitas Pemuda Seneng Nulis (KPSN),
Akhir-akhir ini kondisi perpolitikan kampus sangat memprihatinkan, dinamisasi pemerintahan yang sangat carut marut, arah perjuangan tidak tersistem alias tidak tau arah. BEM Universitas yang diharapkan mampu mengakomodir Kama Universitas Muhammadiyah Surakarta baik itu UKM-UKM U, UKM fakultas maupun BEM-BEM fakultas tidak bias berbuat banyak. Entah apa kendalanya yang pasti untuk membentuk pemerintahan mahasiswa yang baik keterlibatan total sangat diperlukan, dalam membangun kerja sama, semangat gotong royong. Menentukan arah pergerakan yang sangat pentinga adalah menyiapkan generasi penerus (reorganisasi) yang mapan dan punya pandangan kedepan serta kader yang bedidikasih tinggi dan militant serta cakap dalam segala hal, baik itu humanitas, intlektualitas dan religiusitas.
Kita perlu menilik sebuah anime atau manga yang sangat akrap dan acap kali kita saksikan yaitu UZUMAKI NARUTO. Dikisahkan Uzumaki Naruto berasal dari Klan Uzumaki yang merupakan salah satu klan yang terhebat. Spesialisasinya adalah memiliki cakra yang mampu mengurung Kiyubi musang berekor Sembilan yang mempunyai cakra yang sangat mengerikan. Naruto berasal dari sebuah desa yang bernama Konohagagure, salah satu dari enam desa yang terkuat. Diantaranya adalah Negara api, Negara bumi, Negara petir, Negara air, Negara angin dan Negara kegelapan. Setiap Negara mewakili lima elemen yaitu tanah, api, petir, air dan angin. Dan setiap Negara dipimpin oleh seorang Kage. Untuk menciptakan kedamaian di dunia sinobi maka dibutuhkan kerjasama dari segala lini. Selain itu Kesetian sebuah klan adalah harga mati. Dalam membangun peradaban mereka menyiapkan pendidikan bagi generasi muda, baik itu pendidikan militer, pendidikan kedokteraran, pendidikan karakter dan ideology serta falsafah dari desa mereka masing-masing.
Membangun tim work yang solit, melakukan kerjasama dengan tim-tim lain baik yang sedesa maupun dengan tim sinobi dari Negara lain. Naruto tergabung dalam kelompuk ketuju yang ber anggotakan tiga orang yaitu Sasuke Uchiha, Uzumaki Naruto dan Sakura yang dipimpin oleh seorang guru yang sangat hebat yaitu Kakasih. Mereka tidak segan-segan mempertaruhkan nyawanya demi keutuhan Negara mereka, dalam membangun peradaban Negara para sinobi melakukan yang terbaik demi cerciptanya Negara yang ideal. Kerja sama antar divisi sangat solit, dalam membangun basis pemerintahan yang kokoh. Setelah kestabilan negara tercapai maka mereka akan menjalin kerjasama antar Negara, demi terbangunnya Negara sinobi yang militant dan demi kedamaian dunia.
Ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil dari film NARUTO, yang dangat berguna bagi para aktivis kampus untuk membangun student gaverment yang solit dan kokoh.
Yang pertama, kesetiaan kepada Negara, aktivis kampus saat ini, terlena oleh budaya hidonisme intlektual semu, mereka selalu mendengungkan NKRI harga mati tetapi pada tataran riil, begitu mereka dihadapkan dengan sebuah permasalahan yang menuntut pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga untuk kepentingan rakyat mereka seolah-oleh berpaling dan pura-pura tidak tahu atau acuh tak acuh dengan permasalahn bangsa. Jiwa nasionalisme pada diri aktivis masih pada tataran teoritis, belum sampai pada tahapan praktis. Nilai-nilai pancasilah sebagai falsafah bangsa Indonesia belum terinternalisasikan dengan seutuhnya, undang-undang dasar sebagai sumbar dari segala sumber hokum bangsa tidak mereka taati, bahkan banyak yang mengkafirkan sebagian yanglain karena berhukum pada UUD 1945. Rasa persaudaraan belum terpatri dalam sanubari para aktivis sebagai perwujudan dari Bineka Tunggal Ika. Perselisihan dan pertentangan acapkali kita dengar dan kita saksikan antara organisasi-organisasi mahasiswa, perbedaan organisasi, pemikiran, arah gerakan dan saling berebut kader. Kesetiaan kepada negara adalah harga hidup, yang terus dipupuk hingga terpatri dengan sangat kokoh dalam sanu bari para aktivis. Bagi naruto yang mempunyai cita-cita pingin jadi hokage, itu berladaskan kecintaan kepada negaranya yang ingin membangun dunia sinobi yang aman damai sejahtra. Sehingga kecintaan terpatri kedalam sanubar dengan sangat kokoh.
Kedua, setia kawan. Untuk menciptakan pemerintahan mahasiswa yang baik, maka sudah sepatutunya seluruh aktivis kampus merapatkan barisan, memperkokoh rasa persaudaraan, meningaktkan solidaritas antar sesama, membangun kaderisasi yang yang punya militansi yang tinggi, berkarakter serta berdedikasi tinggi terhadap perjuangan pergerakan. Bagaiman kesetia kawanan dari seorang naruto dan para sinobi yang lainnya, sehingga dari kesetian itulah konohagakure menjadi negara terhebat.
Ketiga, tim work yang solit. Untuk membangun pemerintahan yang solot maka diperlukan komitmen yang kuat dan pembentukan tim work yang solid adalah harga mati dari kestabilan dan dinamisasi pergerakan kampus. Segala urusan jika dikerjakan bersama akan terasa ringan karena ada teman tempat berbagi. Ini sesuai pepatah “berat sama dipikul ringan saman di jinjing”. Mempersatukan dan merapatkan serta memperkuat ikatan tim merupakan pribadi-pribadi yang disuakai Allah.
Keempat, kepemimpinan. Aktivis kampus diibaratkan pemimpin yang pada hakekatnya seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus di laksanakannya. Menurut Stoner (1988), semakin banyak sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin besar potensi kepemimpinan yang efektif. Membangun karakter dan mengarahkan teman setim adalah tugas dari seolrang leader yang baik.
Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kepemimpinan para presiden UMS hendaknya pertama-tama belajar mengenal bermacam-macam situasi. Bersamaan dengan itu ia juga perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik dalam rangka melakukan musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan atau transaksi denga para aktivis kamapus yang lain. Kemudian belajar mencocokkan tugas-tugas agar relative tepat dengan motivasi organisasi. Dengan demikian kepribadian pemimpin akan meningkat menuju kepribadian yang diinginkan. Jika sorang pemimpin bisa mengayomi dan mengakomodir serta mewadahi segenap civitas akademika maka akan tercipta pemerintahan mahasiswa yang solid.