Reporter: Nur Rizqi Febriandika
UMS,Pabelan-online.com — Sesuai hasil keputusan pihak rektorat, Prodi Ushuluddin (perbandingan agama) akan dihapuskan dari FAI (Fakultas Agama Islam). Dari pihak FAI sendiri telah menyiapkan prodi baru, yakni ilmu Al-qur’an dan tafsir sebagai gantinya.
Hal tersebut diungkapkan Dekan FAI, Abdul Fatah. Beliau juga menambahkan, pihak FAI sendiri sudah membentuk tim untuk mengajukan proposal ke Depag (Departemen Agama) guna memperoleh ijin oprasional. “ Pengiriman paling lambat akhir maret,” ujar beliau, Rabu (20-02-2013).
Muh. Musiyam, selaku Wakil Rektor I, mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya penghapusan tersebut. Diantaranya adalah kurangnya animo masyarakat terhadap jurusan Ushuluddin. Hal ini tidak terlepas dari anggapan bahwasanya alumni ushuluddin kedepannya nanti tidak memiliki porspek yang menjanjikan. “Akibatnya dari tahun ke tahun prodi sepi peminat,” jelasnya .
Lanjutnya, berbeda dengan kader perserikatan dari Tarbiyah ataupun Syariah, kader Ushuluddin sendiri dari segi keilmuan belum begitu dibutuhkan di persarikatan Muhammadiyah. Pasalnya, belum ada amal usaha Muhammadiyah yang bisa benar-benar mengakomodasinya dengan baik. “ Malah justru menjadi beban bagi PWM atau PDM setempat,” ujar beliau.
Terkait pendapat tersebut, Pimpinan majelis tarjih PWM Jateng, Sholahudin Sirezar tidak setuju dengan alasan tersebut. Sebab, alumni ushuludin pun juga bisa menjadi seorang guru atau pegawai pemerintahan layaknya jurusan Tarbiyah dan syariah. Jadi bukan menjadi beban PWM. “Yang jelas itu adalah beban Universitas jika terkait jumlahnya yang sedikit,” ujar beliau.
Kekecewaan juga muncul dari Renanto, salah satu mahasiswa Ushuluddin. Ia menyayangkan keputusan tersebut yang terkesan sepihak. Pasalnya rapat tersebut justru tidak melibatkan dari pihak FAI sendiri, baik itu dosen maupun mahasiswa. “Bahkan Ketua prodi Ushuluddin maupun dekan FAI pun tidak terlibat,” ujarnya.
Walaupun demikian, Ketua prodi Ushuluddin, Syamsul Hidayat tetap menerima keputusan tersebut. Beliau justru sepakat menggantinya dengan studi ilmu A-Qur’an dan tafsir. Sebab pada dasarnya studi tersebut merupakan hakikat dari Ushuluddin (dasar agama) itu sendiri. “Saya harap studi tersebut dapat mencetak ulama’ yang bermanfaat bagi negeri maupun perserikatan,” ujar beliau.
Editor: IC