Reporter: Nur Rizqi Febriandika
UMS, Pabelan-online.com — Peserta Ujian Tengah Semester (UTS) merasa terganggu dengan adanya perbaikan lantai dan renovasi kamar mandi di lantai 1 gedung FIK. Hal ini disebabkan adanya suara bising dari mesin pemotong kramik. Akibatnya para mahasiswa tidak bisa berkonsentrasi saat mengerjakan UTS.
Hal ini dirasakan oleh Said Fatoni, mahasiswa semester 4 fakultas ilmu kesehatan (FIK). Ia mengaku sempat terganggu dengan adanya suara gaduh yang timbul dari mesin pemotong kramik tersebut. Terlebih lagi waktu itu ia sedang melaksanakan ujian praktik. Akibatnya ia terpaksa berteriak-teriak supaya suara yang ia keluarkan lebih besar dari mesin tersebut. Kalau tidak seperti itu dosen tidak akan mendengar apa yang ia sampaikan. ”Karena itu juga mempengaruhi nilai,” ujarnya saat ditemui di depan kama FIK, Rabu (17-4-2013).
Ia juga menambahkan bahwa perbaikan tersebut sudah dimulai sejak sebulan yang lalu. Akan tetapi sampai sekarang masih belum selesai. Ia berpendapat seharusnya perbaikan jangan dilakukan pada saat jam-jam pembelajaran. Hal ini dapat mengganggu jalannya pembelajaran dan tentu saja merugikan Mahasiswa maupun dosen, khususnya di waktu-waktu UTS seperti sekarang ini. “Kalau bisa perbaikannya waktu malam saja,” ujarnya.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Afika Iknar, mahasiswi semester 4 ahli gizi, ia juga sempat jenuh bila mendengar suara bising tersebut. Bahkan ia pernah melaksanakan UTS di lantai satu, tepat di depan pemmbangunan kramik tersebut. ”Bisa dibayangkan bagaimana terganggunya saya waktu itu,” ungkapnya.
Sebelum UTS ia juga mengaku sempat mengikuti mata kuliah di ruangan tersebut. Karena tidak ada ruangan lain terpaksa kegiatan perkuliahan dilaksanakan di sana. Baik dosen maupun mahasiswa sempat protes karena tidak bisa fokus saat pembelajaran. ”tidak ada suara bising saja susah konsentrasi, apalagi ditambah suara kayak gitu,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut Sunarno selaku Pengawas Lapangan Maintenance, membenarkan adanya perbaikan tersebut. Pembangunan itu sebenarnya sudah dimulai sekitar satu bulan yang lalu. Karena mengejar target mau tidak mau harus terus dilanjutkan, sekalipun hal tersebut mengganggu jalannya aktifitas mahasiswa. “tidak lain karena terikat kontrak,” nyatanya.
Ia menambahkan terkait waktu pelaksanaanya sendiri dimulai jam 8 pagi hingga 3.30 sore hari. Hal ini juga sudah tercantum dalam kontrak kerja. Jika perbaikan dilakukan malam hari maka biaya yang dikeluarkan akan berbeda dan tentu saja lebih mahal. ”Walaupun sedikit dilematis saya harap para mahasiswa bisa mengerti,” tambahnya.
Editor: MK