Oleh : Andri Qoirul S dan Imas
Perkembangan teknologi informasi komunikasi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Era teknologi memberikan banyak kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi sekaligus mengakses segala informasi. Berbagai kemudahan inilah yang nantinya mendorong seseorang untuk terus mengembangkan teknologi dengan tujuan memuaskan keingin tahuannya.
Sebelum tahun 2000-an, banyak masyarakat yang masih awam dengan keberadaan teknologi. Hanya beberapa kalangan tertentu yang memiliki teknologi terbaru. Namun setelah satu dekade terakhir sampai sekarang, teknologi menjadi konsumsi masal. Berbagai produk canggih keluaran terbaru sudah ada menjadi kebutuhan masyarakat.
Kebebasan dan kemajuan teknologi membawa banyak pengaruh bagi perkembangan dunia industri dan modern. Seseorang dapat mengakses kebutuhannya dengan mudah dan lebih efisien. Misalnya saja dalam komunikasi, seseorang dapat lebih mudah berkomunikasi jarak jauh hanya menggunakan teknologi yang disebut telepon seluler. Satu lagi munculnya keberadaan new media (media baru) atau lebih dikenal dengan internet. Seseorang dengan mudah mendapatkan informasi dan kebutuhan, hanya dengan mengakses internet.
Media baru mampu memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan sosio manusia. Sifat konsumtif, praktis dan efektif melekat pada diri seseorang. Sehingga muncullah kecenderungan seseorang untuk tidak melakukan hal yang menurutnya merepotkan.
Hal ini secara tidak langsung mendorong berbagai industri untuk mengkaji ulang bagaimana produknya dapat laku di masyarakat. Dalam konteksnya, media massa cetak yang menjadi tolak ukur. Pasalnya media massa seperti koran, tabloid, dan majalah merupakan lembaran kertas yang bertuliskan kabar (berita) dan terbit setiap hari, mingguan, bulanan atau secara periodik.
Koran atau surat kabar dalam bentuk print out kurang praktis dalam membawa ataupun menyimpannya. Oleh sebab itu dorongan perkembangan teknologi diberbagai media massa, berlomba-lomba meproduksi versi digital atau sebuah website untuk menyajikan informasi kepada khalayaknya. Beberapa contoh media massa yang memiliki versi digital adalah majalah Detik, majalah Tempo, koran Solopos, koran JawaPos, koran Kompas dan masih banyak lagi. Salah satu alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung memiliki gaya hidup praktis dan efektif.
Novi Ayu Wardhani, Salah satu masyarakat mengaku sangat setuju dengan adanya media cetak versi digital, karena menurutnya hal itu merupakan sebuah inovasi yang baik. Perubahan versi itu seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. “Aku sih setuju aja dengan adanya media digital,” ujarnya.
Alumnus Universitas Pembangunan Negara (UPN) Yogyakarta ini berpendapat bahwa teknologi yang ada tidak mungkin stagnan, namun akan selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Di dalam suatu perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan media. Mereka melakukan beberapa upaya agar tidak kalah saing dengan media lain. Hal itu bertujuan untuk menerbitkan berita secara cepat dan efisien melalui media digital.
Perusahaan-perusahaan tersebut berlomba untuk memberikan layanan agar sesuai dengan keinginan publik. Hal tersebut dilakukan agar dapat tetap bertahan dan tidak termakan ketatnya persaingan media. Alasan lain menurut Novi adalah untuk kemudahan konsumen yang selalu berpikiran maju, global, dan modern. Suatu perusahaan akan memberikan pelayan terbaik untuk konsumennya. Terlebih dalam perkembangan era smartphone sekarang ini, orang-orang cenderung akan memilih media digital. “Perusahaan akan menyesuaikan dengan permintaan konsumen,” jelasnya.
Kelebihan dari media massa dalam bentuk digital yaitu mempunyai struktur yang jelas dari segi judul, teras, dan isi. Selain itu beberapa kelebihan yang dimiliki berupa kejelasan yang berkaitan dengan tanggal, jumlah halaman, kolom, dan lainnya. Media digital menurutnya lebih menarik dari pada produk web site. Informasi yang berasal dari digital lebih lengkap, karena terdapat sumber yang jelas. Tidak seperti web site yang kadang diragukan sumber informasinya bahkan dapat ditambah dan dikurangi oleh pihak lain.
Namun di balik beberapa kelebihan yang dimilikinya itu terdapat juga beberapa kekurangan. Antara lain berupa informasi yang disajikan telat dibandingkan dengan web site yang langsung memberitakan peristiwa yang terjadi. Selain itu, menurutnya bahasa yang digunakan terkadang berat, sehingga membuat pembaca enggan untuk membaca berita tersebut. Berbeda dengan web site yang menggunakan bahasa yang lebih ringan. “Tapi semua kembali pada segmen masing-masing media,” ungkapnya.
Senada, salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Burhannudin Auzai juga setuju dengan hal tersebut. Menurutnya, peralihan media cetak ke bentuk digital disebabkan oleh adanya pengaruh target pasar yang juga membidik ke ruang lingkup anak muda. Penggunaan smartphone dengan fitur internet canggih dikalangan anak muda menjadikan persaingan industri yang pesat. “Faktor gaya hidup mempengaruhi,” katanya.
Dia juga mengakui bahwa saat ini mulai tertarik dengan koran digital dibandingkan koran cetak. Namun, menurutnya terdapat perbedaan yang signifikan antara media cetak dan media digital. Media cetak dalam bentuk print out atau cetak dapat dengan mudah untuk membacanya. Sedangkan untuk media digital dibutuhkan kemampuan atau skill khusus untuk mengoperasikannya. “Kalau bapak atau kakek kita yang belum mengetahui cara menggunakan internet, mereka akan menemukan kesulitan untuk mengaksesnya,” ujarnya sambil tertawa.
Mahasiswa semester enam program studi (progdi) Komunikasi ini menambahkan, bahwa dalam media digital terdapat hyperlink yang dapat langsung menghubungkan dengan berita lain yang masih mempunyai keterkaitan. Dia menilai bahwa kelebihan dari media digital adalah praktis dan tampilan lebih berwarna. Untuk dapat membaca berita dari media digital hanya dibutuhkan akses internet saja. Sedangkan untuk kekurangan dari media digital sendiri antara lain dapat membuat mata pedas, karena menurutnya tulisan yang relatif berukuran kecil mata harus berkontraksi atau bekerja lebih keras. “Apalagi bila diakses lewat handphone,” ungkap Burhan.
Menanggapi tentang isu pemusnahan media cetak yang akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Dia mengaku juga mendengar isu tersebut. Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi alasan beberapa perusahaan media cetak menutup usahanya dan beralih ke media digital. Namun, dia berharap bahwa ke depannya media digital dapat memaksimalkan content-content (isi) yang ada didalamnya. Serta membatasi artikel yang mengandung unsur pornografi agar tidak berdampak negatif bagi para pembacanya.
Ada Karena tuntutan Pasar
Syifaul Arifin, Redaktur Koran Solopos mengatakan munculnya koran atau majalah digital sekarang disebabkan adanya tuntutan pasar. Peralihan media cetak ke digital dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang lebih menuntut program digital dengan akses cepat. “Tuntutan pasar untuk memperoleh akses yang cepat,” ungkapnya.
Peralihan ini mulai dilakukan di Indonesia sejak tiga tahun terakhir. Dengan mengikuti tuntutan pasar yang ada, industri media cetak berharap agar customer tetap setia dengan produk mereka. Syifaul menceritakan bahwa beberapa perusahaan media cetak di luar negeri mengalami collapse atau gulung tikar. “Media cetak seperti koran terjangkit bisnis sunset, yaitu semakin lama semakin sepi peminat,” ujarnya.
Dia bersyukur bahwa di Indonesia, industri media cetak masih tetap bertahan. Walaupun tidak di pungkiri jumlah peminatnya sedikit berkurang karena adanya peralihan tersebut. Mau tidak mau juga menuntut para bisnis media mengeluarkan media cetak dalam versi digital. Salain itu, pengaruh terhadap isu lingkungan juga menjadi faktor pendorong perusahaan media cetak menutup usahanya.
Perbedaan yang dapat dilihat dari media cetak dan media digital adalah dari segi tampilan fisiknya. Koran atau majalah biasa dicetak dengan media kertas, sedangkan untuk bentuk digital tidak. Selain itu, hal yang dapat dibedakan adalah perilaku para wartawannya, salah satunya adalah keahlian para reporter untuk mencari berita setiap saat. Wartawan dituntut dengan pembaharuan berita dalam jangka waktu tertentu, sehingga berita yang ditampilkan selalu teraktual. Oleh sebab itulah setiap reporter yang bertugas harus memiliki kemampuan lebih untuk langsung menyajikan berita. “Berita dituntut up to date,” jelas pria berkacamata ini.
Syifaul juga mengungkapkan, seorang reporter harus bisa menguasai berbagai keahlian lain, seperti halnya dalam bidang fotografi. Sehingga apabila seorang reporter dihadapkan pada suatu peristiwa penting, selain menuliskan dalam bentuk berita, juga dapat diabadikan melalui gambar. Selain itu, wartawan juga dituntut harus memiliki beberapa keahlian. Seperti halnya ahli di segala bidang cetak, televisi, bahkan radio. “Kalau kami menyebut wartawan itu, wartawan serabutan,” ungkapnya sambil tertawa.
Media cetak memiliki kelebihan khusus, yaitu terletak pada teknik reportasenya yang lebih mendalam dan mengupas permasalahan secara tuntas. Hal itu menjadi senjata utama dan ciri penting yang dimiliki oleh sebuah media cetak. Berbeda halnya dengan media digital yang hanya memberikan sedikit informasi dan belum tentu secara mendalam. Namun kelebihan informasi yang sedikit tersebut terus diperbarui dengan mengunggah secara berkelanjutan berita tersebut, sehingga berita yang dimuat dapat menjadi beberapa babak atau serial berita yang padu.
Media digital juga lebih mudah diakses dari pada media yang lainnya. Dia mengatakan bahwa perusahaan media yang langsung terjun pada produk digital cenderung lebih maju dibandingkan dengan media cetak yang juga meluncurkan media digital. Hal ini disebabkan karena media tersebut hanya berkonsenterasi penuh pada satu produk saja.
Syifaul berharap agar media digital dapat diakses oleh masyarakat secara merata supaya bisa dinikmati oleh seluruh kalangan. Tidak hanya pada orang-orang yang terbatas mampu saja. Mau tidak mau secara bertahap semua media cetak akan masuk dalam tahap digital. “Semua bertahap untuk masuk tahap digital,” tutupnya mengakhiri pembicaraan.