Kembali ke masalah politik, disinilah pusaran korupsi itu berkutat. Apa sebab korupsi begitu mengguritanya di parpol, jawabanya parpol tidak punya ideologi lagi. Parpol tidak punya ideologi yang murni untuk diperjuangkan, yang diperjuangkan tentunya adalah kepentingan pribadi partai tersebut, apalagi kalau bukan kekuasaan. Sekarang banyak mereka yang berkoalisi, padahal ideologi yang mereka “akui” adalah berkontradiksi. Beda dengan parpol jaman dahulu yang keukeuh dengan ideologinya. Masyumi contohnya, dengan ideologi islamnya yang digawangi M. Natsir dkk, tidak mau berbagi dengan kawan PKI yang digawangi D.N Aidit dan kamreidnya
Solusi untuk hal ini bukanya mustahil ada, ada selentingan untuk mengefektifkan jumlah partai. Namun hal ini justru dianggap bertentangan dengan asas kebebasan berpendapat dan berkumpu dalam UUD 1945. Karena mengecilkan jumlah partai sama saja membatasi kehendak bangsa ini unutk ikut berkumpul dan berpendapat.
Ada juga usul, untuk menyeragamkan ideologi partai dengan pancasila. Hal ini tampak benar, mengingat pancasila adalah ideologi tunggal bangsa ini yang menjadi grundnorm. Ia mengahayati semua peraturan di bangsa ini. Namun hal ini juga menemui kendala juga. Selain, ada rasa romantisme orde baru yang mewajibkan setiap organ bangsa ini berasas tunggal pancasila. Makna pancasila yang ada sekarang menjadi bias dan ambigu. Hal ini dikatakan karena pengaruh globalisasi ke bangsa ini. Pengaruh globalisasi yang turut serta membawa ideologi asing yang dianggap bertentangan dengan pancasila sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Ada ungkapan dari seorang filsuf jerman, GWF Heggel,”kebenaran bukan berasal dari awal atau akhir, tapi kebenaran adalah berasal dari awal sampai akhir”, ada pendapat bahwa pancasila sekarang telah terpotong oleh sejarah. Obyektifitas pancasila terpotong sebuah masa yang bernama orde baru, karena keotoriteran dan kemunafikan telah mencederai rasa dan makna dari pancasila itu sendiri. Maka dari itu saatnya kita memungut serpihan serpihan yang ada.
Intisari diskusi rutin LPM Pabelan pada hari Kamis, 28 Februari 2013 dengan tema politik