Oleh: Deavid Ricard Pramesha*
Remaja menjadi satu hal yang harus disorot terkait fenomena bunuh diri yang semakin meningkat di Indonesia. Komisi nasional perlindungan anak (komnas anak) menyebutkan bahwa ada 20 kasus bunuh diri dari bulan Januari sampai Juli 2012. Banyak faktor yang melatar belakangi fenomena ini diantaranya karena putus cinta, faktor ekonomi dan mental.
Putus cinta adalah satu kasus yang menjadi penyebab utama bunuh diri, masa puber pada remaja yang identik mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini lumrah dan wajar namun ada faktor x yang membuatnya jadi tidak baik. Tontonan percintaan yang mengajarkan pacaran yang ditayangkan bebas di layar kaca televisi sehingga membuat remaja tertarik untuk mencontohnya. Padahal keadaan psikologi remaja yang belum matang membuatnya mudah stres saat mengalami masalah dalam percintaanya, sehingga tanpa pikir panjang bunuh diri yang menjadi jalan terahir yang dipilih. Sungguh memprihatinkan, ketika hal ini terus dibiarkan karena akan menjadi citra buruk remaja Indonesia.
Faktor ekonomi yang biasanya dikarenakan latar belakang ekonomi yang rendah membuat tidak adanya kepastian hidup dan berada dalam tekanan yang sulit. Seperti tidak mampu bayar SPP sekolah, sulit untuk makan dan banyak lagi. Masa remaja memang masa dimana anak ingin dimanja dan dituruti keinginanya.
Mental yang kuat harus dipupuk sejak dini. Salah satunya bekali anak dengan ilmu agama yang baik dan kuat sehingga keimananya bisa meminimalisasi pikiran bunuh diri. Kontrol orang tua dan orang terdekat juga tak kalah penting, jangan lah anak terlalu di tekan karena hanya akan menimbulkan rasa stres dan berujung pada keputusasaan yang akhirnya bunuh diri. Dan tentunya filter acara – acara televisi yang tidak mendidik agar pengaruh buruknya tidak terbawa, karena bukan porsinya anak dan remaja.
*Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) semester IV