Reporter : Aisyah Arminia
Matahari tepat di atas kepala ketika Anggun Hatta dan beberapa wajah yang kerap mewarnai kantor Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U) berkumpul di depan pendopo griya mahasiswa. Mikrofon menggantung di lengan kirinya. Tangan kanan memegang kepala mikrofon yang sebentar lagi menekan tombol on. Aba-aba dari Anggun Hatta dimulai.
Anggun menyuarakan Ormawa untuk berkumpul di depan pendopo griya mahasiswa. Seruan untuk melakukan aksi yang dipersembahkan jajaran rektorat. Dari kantor BEM-U keluarlah Presiden Mahasiswa UMS, Amna Atho’illah dengan membawa bendera BEM-U mengajak ormawa yang berada di kantornya masing-masing untuk segera keluar dan bergabung.
Riuh perlahan mendekati Anggun. Dari bagian timur muncul beberapa mahasiswa yang memakai almamater. Terlihat gubernur BEM Fakultas Agama Islam (FAI), Yasir dan BEM Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), Totok. Sekitar 30 mahasiswa sudah berkumpul di depan pendopo griya mahasiswa. Anggun menginstruksi massa yang ada untuk berjalan ke depan kampus. Aksi dimulai, massa berjalan beriringan dengan membawa bendera dan spanduk.
Aksi massa berjalan ke arah timur. Meleweti gedung C Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), tampak beberapa mahasiswa yang berpakaian rapi dengan membawa map di depan ruang dosen. Wajah mereka terlihat gelisah. Namun bukan gelisah karena aksi siang itu, gelisah yang menjelma dalam bentuk lain. Massa kemudian berhenti di pertigaan rektorat. Dari sisi selatan, gedung A yang bertingkat tiga lantai dipenuhi mahasiswa yang penasaran. Sesekali mereka mengabadikan moment.
Tepat pukul 13.00 WIB, massa yang lebih besar berbondong-bondong masuk melewati gerbang utama UMS. Dengan bangga mereka melangkahkan kaki melebur bersama massa yang dipimpin Anggun. Nyanyian selamat datang dilantunkan bersama kibaran bendera BEM-U dan BEM-F. “Itulah kawanku… Itulah kawanku…Ma…hasiswa”. Jepretan kamera khalayak tidak luput mewarnainya. Massa yang datang memanggul bendera BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Keluarga Mahasiswa Teknik Mesin (KMTM), dan Keluarga Mahasiswa Teknik Kimia (KMTK). Mereka bersatu menyuarakan tujuan yang sama, menuntut kebijakan rektor.
“Hidup Mahasiswa!” suara Anggun melengking yang ditimpali massa aksi dengan tangan kanan mengepal yang mengudara ke langit biru di atas UMS. “Hidup….!” teriak mereka siang itu. Massa kemudian membuat lingkaran dengan bendera-bendera yang berkibar. Suara riuh tetap menggema. Puluhan massa yang kala itu memenuhi kampus satu UMS tidak luput membuat beberapa mahasiswa (non aktivis-red) takjub melihatnya. “Ini nih mahasiswa, kalo lagi demo kayak gini,” komentar terlontar dari salah satu penonton, Kamis (13/8).
Tampak maju kedepan tiga orang yang menjadi orator, Anggun, Gubernur BEM FEB, Rokhim dan Gubernur BEM FT, Rizal. Ketiganya menuntut hak sebagai mahasiswa untuk mendapatkan fasilitas yang layak dari kampus. “Kita disini aksi sebagai bentuk pengerdilan gerakan mahasiswa. Enam ribu mahasiswa baru yang masuk tapi fasilitas kampus tidak ada. Silakan rektor turun!” teriak Anggun ketika berorasi di depan gedung A.
Massa kemudian berjalan menuju gedung admisi. Tujuannya adalah menunjukkan bahwa aksi tersebut untuk memperjuangkan hak Mahasiswa Baru (Maba). Terlontar tanggapan positif dari orang tua Maba. “Mahasiswa punya hak untuk mengeluarkan pendapat. Asalkan jangan anarkis,” tutur Sumini, yang tengah mengantar anaknya mengikuti ujian masuk UMS, Kamis (13/8).
Massa aksi terus berjalan di jalan raya. Mereka berjalan ke arah selatan dan masuk ke kampus satu kembali. Satpam terlihat mengatur jalannya lalu lintas di depan kampus satu. Terlihat pula polisi berjaga-jaga. Setidaknya ada sepuluh satuan polisi yang ada di UMS siang itu. Salah satu polisi, Anggono mengungkapkan bahwa tidak ada undangan khusus terkait kedatangan polisi tersebut. “Ini kan wilayah saya, jadi apapun yang terjadi harus mengamankan sebagai upaya pencegahan,” katanya dengan wajah santai, Kamis (13/8). Selaku petugas keamanan wilayah Sukoharjo ia menanggapi positif aksi mahasiswa tersebut. Karena hal tersebut merupakan fungsi sebagai mahasiswa. “Selama tidak mengganggu ketertiban umum tidak masalah,” jelasnya.
Panas matahari semakin membara. Pun aksi massa hari itu. Mereka masih meneriakkan lagu-lagu demonstrasi. Langkah mereka berhenti di hall masjid untuk meminta bertemu dengan rektor. Lingkaran besar kembali dibuat. Amna selaku Presma kemudian maju ke tengah lingkaran. Menurutnya, aksi siang itu merupakan langkah untuk menuntut kebijakan rektor, antara lain pergantian penyambutan Maba, konversi kurikulum yang disosialisasikan secara mendadak dan aturan masuk kendaraan mulai pukul 20.00 WIB, serta fasilitas kampus yang tidak kunjung diperbaiki.
Tidak lama setelah itu, Wakil Rektor (WR) I dengan batik warna ungu menemui massa. Ia masuk dalam lingkaran mewakili rektor yang tidak hadir. Amna menyampaikan sebelas tuntutan untuk ditanda tangani rektor. Pada kesempatan itu Muhammada Da’i mendengarkan secara seksama tuntutan-tuntutan yang dibacakan oleh Amna. Da’i diam, tidak ada kesempatan untuknya berbicara. Strategi yang memang dilancarkan karena selama ini rektor dianggap mengambil keputusan sepihak ketika membuat kebijakan.
Mereka kemudian mengibarkan bendera setengah tiang di depan masjid Fadhlurrahman diiringi lagu Indonesia Raya. Beberapa spanduk yang bertulisakan tuntutan dan permintaan rektor untuk turun pun dipasang di depan masjid.
Saat itu, pukul 14.30 WIB massa kembali ke griya mahasiswa untuk melakukan evaluasi aksi. Ravika, Anggun, Amna, Yasir, Totok, dan Rizal, serta Rokhim mengevaluasi jalannya aksi siang itu. Keringat bercucuran dari mereka. Massa aksi juga terlihat kelelahan ketika mendengarkan evaluasi. Air minum segera diberikan kepada massa aksi. Evaluasi diakhiri dengan tanda tangan kesepakatan … oleh semua Ormawa dari BEM F dan UKM U. Amna pun membubarkan massa aksi pukul 15.00 WIB. “Akan ada aksi lagi, BEM UMS akan meminta aksi solidaritas dari BEM Soloraya dan BEM PTM terkait pembungkaman mahasiswa UMS,” tutup Amna siang itu.
Editor : [MEU]