Oleh : Aris Pratama*
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah berkata “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia”. Pepatah yang dipandang singkat ini memiliki makna yang mendalam. Kenapa harus pemuda dan bukan orang tua atau lajut usia (lansia)?. Karena muda merupakan masa yang penuh dengan harapan, cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang indah. Keindahan pemuda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, kaki yang berjalan lebih cepat, pendengaran yang masih akurat, pikiran yang cermat, dan memiliki rasa tanggung jawab yang melekat.
Oleh karenanya pantas bila ada pepatah yang mengatakan para pemuda merupakan salah satu penentu maju dan mundurnya suatu bangsa dan negara. Sebab telah terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yag akan datang sesuai dengan fitrahnya, para pemuda merupakan tulang punggung negara, penerus estafet perjuangan bangsa. Sebagaimana seorang pujangga Mesir Syekh Mustafa Al-Ghayani berkata “Sesungguhnya pada tangan-tangan pemudalah perintah umat dan pada kaki-kaki mereka terdapat kehidupan umat”.
Sejarah bangsa ini adalah pergerakan pemuda, dimana setiap fase perubahan pemerintahan selalu dimotori oleh pemuda. Indonesia merebut panji-panji yang dikibarkan oleh para pemuda. Jatuhnya orde lama ke era orde baru kemudian jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto yang korup ke zaman reformasi sekarang ini semua adalah perubahan yang dimotori oleh pemuda. Pastinya saat ini kita telah merindukan sosok pemimpin yang memiliki jiwa nasionalisme layaknya pemuda.
Namun nyatanya realita dan problematika hari ini, pemuda yang diharapkan tampil menjadi seorang pemberani malah menjadi sosok yang seakan pegecut dan pecundang. Harapan seorang pemuda memiliki semangat yang tinggi, mereka menjadi lemah tak berdaya, sungguh menjadi hal yang mengkhawatirkan dan menyedihkan bagi bangsa ini. Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelemahan yang harus dihindari yakni, lemah harta, fisik, ilmu, semangat hidup, dan akhlak. Maka jika lima kelemahan ini melekat pada diri seorang pemuda, harus diyakini mereka bukanlah sebagai pelopor dan harapan pembangunan, melainkan sebagai virus penghambat.
Maka dari itu, semua selaku generasi muda saai ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan nusa bangsa dan agama.
*Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) semester satu