Oleh : Meida Ayu Arianti*
Para remaja saat ini sering mengeluhkan pusing dan lesu ketika melakukan aktivitasnya. Apalagi saat ini sekolah SMP dan SMA, rata-rata jam belajarnya sampai sore otomatis mereka harus menguras otak mereka untuk berpikir. Ketika sore hari, kebanyakan dari mereka sudah mengantuk dan tidak bisa konsenterasi, belum lagi mereka yang mengeluhkan pusing dan lesu ini merupakan akibat dari anemia. Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita anemia.
Remaja saat ini kurang memperhatikan asupan makannya, mungkin ini dikarenakan oleh mereka malas mencari makan yang gizinya memenuhi. Biasanya para remaja ketika jam makan siang dan mereka masih di sekolah, mereka hanya memakan makanan ringan atau jajan yang hanya mengandung tinggi kalori dan lemak saja. Belum lagi mereka yang tidak sarapan, tentu saja kecenderungan untuk resiko terkena anemia sangat tinggi.
Remaja mungkin belum mengerti efek dari anemia terhadap tubuh di masa depan nya. Anemia dapat menimbulkan berbagai dampak khususnya pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar.
Akibat jangka panjang dari anemia defisiensi besi pada remaja puteri yaitu apabila nantinya mereka hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal. Sehingga untuk mencegah kejadian anemia defisiensi besi, maka remaja puteri perlu dibekali dengan pengetahuan tentang anemia defisiensi besi itu sendiri
Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena mereka berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi. Selain itu, remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti pada diet vegetarian. Menurut survey Departemen Kesehatan tahun 2011 prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 26,50%.
Jika remaja sekarang diberi pengertian tentang dampak dan penyebab anemia mungkin mereka akan mengerti, karena salah satu penyebab anemia adalah kebiasaan makan yang kurang baik yang menyebabkan kurang asupan zat gizi yang masuk terutama zat besi. Pengetahuan tentang anemia yang mereka dapat ini mungkin akan mengurangi prevalensi anemia pada remaja. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berprilaku memilih makan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan tersebut .
*Mahasiswi Ilmu Gizi Semester V