Saya dan beberapa teman-teman angkatan tahun 2013 yang menempuh studi sarjana di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Gorontalo, merintis sebuah media yang kami namakan Buletin Mingguan Voice of Communication yang disingkat VoC. Saat itu, jangankan independensi jurnalisme, Buletin saja saya sendiri belum tahu apa artinya. Selama dua tahun saya dan teman-teman mencoba melakukan aktivitas jurnalistik, hanya berbekal materi kuliah dan motivasi ingin menjadi wartawan. Kami belum tahu apa yang kami tahu sekarang, bahwa ada yang namanya Lembaga Pers Mahasiswa dan ternyata lembaga tersebut banyak dan tersebar di seluruh Indonesia dan tergabung dalam Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Motivasi kami murni, atau bisa juga dapat disebut kekanak-kanakan. Kami memulai merintis, apa yang akhir-akhir ini saya tahu sebagai Pers Mahasiswa hanya karena terpengaruh dengan retorika senior. Anda tahulah, semacam doktrin yang mengarah pada primordial organisasi. Dan juga karena sebuah kesadaran kolektif kita sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi yang saat itu masih bertanya-tanya “Saat sudah sarjana nanti kita kerja apa?” Ini juga bisa diartikan kita membuat laboratorium sendiri sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi.
Motivasi kami jauh dari tujuan luhur jurnalisme. Beberapa waktu kami lalui masih dengan motivasi yang sama, namun selama kami beraktivitas ada semacam kegelisahan yang amat sangat mengganggu. Kegelisahan akan identitas diri sebagai orang yang menjalankan kegiatan-kegiatan jurnalistik. Kami mulai mencari orang-orang yang kiranya sama dengan kami. Kami mulai belajar sendiri dari buku-buku, bertanya pada dosen. Tapi kami tidak menemukan jawaban yang memuaskan, kami masih tetap bertahan dengan jati diri sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi yang belajar menjadi wartawan.
Selama dua tahun bergelut dengan kesendirian, sebab selama pencarian itu, kami tidak menemukan satu pun di Gorontalo yang merupakan sebuah provinsi, kampus yang mahasiswanya ingin berlagak menjadi wartawan seperti yang kami lakukan. Lalu seperti semuanya sudah diatur, kebetulan-kebetulan datang mengantri untuk mengejutkan saya. Tak pernah terpikir sebelumnya saya bisa sampai pada saat sekarang, yang sedang menulis sebuah tulisan untuk kawan-kawan LPM Pabelan nun jauh di pulau Jawa sana. Juga beberapa minggu lalu saya seperti bermimpi mengikuti kegiatan Dies Natalis PPMI yang ke-23 di Semarang yang pesertanya adalah Pers Mahasiswa yang datang dari seluruh Indonesia.
Pada suatu waktu,, tentunya sebelum saya tahu apa-apa tentang Pers Mahasiswa. Saya yang kebetulan Pimpinan Redaksi (Pimred) Voice of Communication (VoC) sekaligus Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) duduk sendiri di kamar, menyusun semacam proposal yang akan diajukan ke pihak Fakultas tentang identitas VoC, di situ saya menulis “Lembaga ini adalah Lembaga Pers Mahasiswa yang melakukan kegiatan jurnalistik khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi, sebagai pemenuhan kebutuhan akan informasi yang akurat dan berimbang sesuai kaidah jurnalistik. Lembaga ini berbeda dengan Lembaga Kehumasan yang hanya memilki fungsi sebagai alat pencitraan.”
Saya cukup dikejutkan dengan tulisan sendiri, bagaimana mungkin kebetulan ini bisa terjadi. Saya yang saat itu belum tahu-menahu tentang banyaknya Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang ada di luar sana, menulis dengan tepat bahwa media kami (VoC) yang tadinya ada hanya karena “Motivasi kekanak-kanakan” adalah sebuah Lembaga Pers Mahasiswa. Saya dan teman-teman yang juga sebelumnya hanya termotivasi “Ingin menjadi wartawan” sebenarnya sudah mempunyai harapan yang melampaui motivasi diri kami, yaitu kami ingin jadikan media VoC sebagai media alternatif terhadap media mainstream yang sudah terjebak pada konglomerasi. Pada praktiknya pun kami berusaha melakukannya, berbekal materi kuliah, kode etik jurnalistik yang didapat dari internet, serta buku-buku yang kami cari sendiri, kami berusaha menghasilkan karya jurnalistik semurni mungkin. Kami sadar bahwa media mainstream jarang mengangkat persoalan kampus, mungkin tak mengandung nilai berita yang mereka butuhkan, dan juga media Humas Kampus yang melulu memuat yang baik-baik saja.
Penulis bernama Defri Sofyan, pendiri Voice of Communication (Bulletinvoc.wordpress.com), Universitas Negeri Gorontalo