UMS, Pabelan-Online.Com – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mendapat tamu kehormatan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) pada Kamis (25/2). Kunjungan tersebut dikemas dalam bentuk seminar nasional Treasury Goes to Campus bertajuk “Reformasi Pengelolaan Kas Negara Indonesia” di Auditorium Moh. Djazman.
Riuh rendah suara tepuk tangan mengiringi langkah Rektor UMS menuju mimbar. Bambang Setiaji membuka acara dan memberikan Keynote Speech dalam seminar bergengsi yang diselenggarakan oleh Kemenkeu RI, Direktorat Pengelolaan Kas Negara, dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, bekerja sama dengan UMS.
Dalam sambutannya, Bambang memaparkan ilustrasi sederhana tentang pengelolaan kas dan perbendaharaan negara. Menurutnya negara ibarat sebuah rumah tangga dengan banyak anak cucu. Begitu pula dengan Kantor Kas Negara yang harus mengelola uang dan pegawai dalam jumlah banyak. “Saya termasuk yang menikmati uang negara. Jarang ada swasta yang bisa menikmati uang negara. Dimana Universitas Swasta diberi tunjangan oleh pemerintah,” paparnya.
Setelah Bambang, Direktur Pengelola Kas Negara, Rudy Widodo membahas perjalanan reformasi dan hubungan pengelolaan kas negara dengan sistem Treasury Single Account, regulasi yang berlaku, serta alur kas keluar. “Kalau kita kelebihan kas, apakah akan kita simpan di bawah bantal atau diinvestasikan? Lalu bagaimana jika kekurangan?,” tanyanya kepada audiens.
Rudy menyebutkan opsi-opsi yang harus dilakukan apabila terjadi dua hal tersebut. Jika kelebihan kas, dilakukan penempatan di Bank Indonesia dan bank umum, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, dan Reverse Repurchase Agreement. Sedangkan jika kekurangan kas, dilakukan penarikan penempatan di Bank Indonesia dan bank umum, Penjualan SBN di pasar sekunder, Repurchase Agreement, dan penerbitan Surat Perbendaharaan Negara.
Di sis lain pejabat World Bank Jakarta, Hari Purnomo, memaparkan pengelolaan kas pada praktik internasional, konsep dan praktik Treasury Single Account (TSA), serta memberikan beberapa contoh ilustrasi mengenai praktik internasional kontemporer dalam pelaksanaannya. “Kalau TSA di Indonesia sudah cukup solid. Semuanya karena adanya IT system. Yang kurang di Indonesia adalah sanksi,” papar Hari.
Seorang peserta asal Universitas Diponegoro (Undip), Aulia Rahman, mengaku banyak pelajaran yang bisa didapatkan setelah mengikuti seminar mengingat pemateri adalah pakar dan praktisi yang benar-benar mahir di bidangnya. “Karena saya sendiri juga mahasiswa Ekonomi, jadi bisa membuka wawasan untuk saya,” tuturnya usai acara.
Penulis: Ritmika Serenady
Editor: Aisyah Arminia.