Dengan banyaknya kebetulan yang mengejutkan ini, saya kemudian berpikir, apakah LPM-LPM yang ada di luar sana juga mendapati kebetulan yang seperti ini? Saya bahkan sampai berpikir mungkinkah LPM sudah merupakan takdir yang diciptakan Tuhan sebelum kita ada? Belum cukup terkejut, saya pun kemudian mendapati kisah atau kesadaran yang sama di lembaran buku Elemen-Elemen Jurnalisme yang ditulis oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang menceritakan seorang mahasiswa bernama Maggie Gallagher bersama teman-temannya yang mendirikan media kampus akibat dari kesadaran mereka untuk membuat media alternatif terhadap media mainstream yang juga sudah terjebak pada konglomerasi dan lain sebagainya.
Kebetulan yang seperti sudah direncanakan ini mengantarkan saya pada suatu pemahaman bahwa Pers Mahasiswa akan hadir dimana pun kapan pun atas dasar kebutuhan akan kebebasan informasi. Dia akan hadir begitu saja tanpa melalui intervensi atau tanpa tahu menahu bahwa Pers Mahasiswa sebenarnya sudah ada dan mempunyai organisasi. Benar apa yang dikatakan oleh Kovach dan Rosenstiel bahwa Pers akan hadir pada sebuah komunitas yang membutuhkannya. Kita sama sekali tidak tahu jika ada Lembaga Pers Mahasiswa selain kita di luar sana tapi kita dengan kesendiriannya mati-matian memperjuangkannya, bahkan terakhir kita sempat diancam akan dikriminalisasi oleh pihak Rektorat.
Wow, saya sampai tak henti-hentinya bertanya dalam hati, atau justru membuat pernyataan bahwa Lembaga Pers Mahasiswa itu suatu bentuk murni dari jurnalisme, tak ada yang lebih jurnalisme dibanding Pers Mahasiswa. Sebuah pernyataan anti tesa dari anggapan orang-orang yang ada di lingkungan kami di Universitas Negeri Gorontalo, yang menganggap kami hanyalah sekumpulan mahasiswa yang ingin belajar menjadi wartawan. Dosen di Program Studi saya pernah mengatakan, “Kalau memang ingin menjadikan Pers Mahasiswa benar-benar Pers, yah bakal sulit dan kurang seksi. Coba di luar sana!” Ketua Program Studi pun pernah mengatakan, “Jadikan saja itu VoC sebagai Laboratorium untuk mahasiswa Komunikasi”. Banyak lagi yang mempunyai persepsi yang menurut saya keliru tentang Pers Mahasiswa.
Ini mungkin benar bagi mereka dan bagi kami dua tahun yang lalu sejak pertama kali merintis Pers Mahasiswa, tapi untuk sekarang setelah saya tahu dan juga teman-teman LPM yang sudah lebih dulu ada di luar sana yang bahkan sudah tergabung dengan PPMI tentunya mempunyai persepsi yang sudah tidak sama lagi seperti kami dua tahun yang lalu. Kita sekarang secara tidak langsung sepakat dengan Maggie Gallagher bahwa Pers Mahasiswa adalah bentuk “Kemurnian” jurnalisme. Pada bab yang menceritakan Maggie di buku Elemen-Elemen Jurnalisme adalah pembahasan tentang independensi jurnalisme, yang mengisyaratkan bahwa walaupun Pers Mahasiswa ada dalam kampus tapi dia benar-benar sebagai wujud dari independensi yang sekarang jarang dimiliki media-media umum. Minimal dalam bukunya Kovach ini, Pers Mahasiswa mempunyai potensi yang besar untuk mengamalkan elemen-elemen jurnalismenya.
Hanya saja kita Pers Mahasiswa mempunyai masalah lain. Kita belum diakui secara tertulis oleh negara sebagai Lembaga Pers. Kita bolehlah dianggap sebagai insan Pers yang bahkan lebih pers dibandingkan media mainstream. Tapi masalah-masalah yang kita hadapi dalam kegiatan jurnalistik sudah over capacity dari sekadar anggapan tadi. Kita sebenarnya butuh pengakuan secara tertulis oleh negara bahwa kita memang benar-benar Lembaga Pers. Alasan yang kita butuhkan tak perlu muluk-muluk, yaitu cukup karena kita melakukan tugas-tugas jurnalistik yang bahkan dalam beberapa kasus kita lebih “unggul” dibanding pers pada umumnya.
Berdasarkan kebetulan-kebetulan yang beruntut ini, saya juga menyadari bahwa kita punya banyak kesamaan. Masalah yang kita hadapi juga sebenarnya sama. Jadi alasan apa lagi yang membuat kita menunda untuk menyuarakan kesamaan kita ini. Atau apakah ada diantara kita ada yang belum tahu bahwa kita membutuhkan apa yang saya maksudkan di atas? Saya rasa, tak perlu lagi menunggu kebetulan berikutnya terjadi agar kita sadar bahwa kita mempunyai kepentingan yang sama. Saya dan teman-teman sekarang masih sementara merintis LPM dan akan terus menjamurkan LPM di Gorontalo, tujuannya agar kita bisa bergabung di PPMI dan bersatu bersama teman-teman untuk menegaskan identitas Pers Mahasiswa.
Penulis bernama Defri Sofyan, pendiri Voice of Communication (Bulletinvoc.wordpress.com), Universitas Negeri Gorontalo
Editor: Depi Endang Sulastri