Gadis itu terhenyak sesaat. Sebelum akhirnya lengannya mulai berlari mendekap pemuda yang terbalut kekhawatiran di hadapannya itu.
“Was ist es, Emelie?”―ada apa, Emelie?
Emelie Eldreide, gadis cengeng yang selalu merengek berlari kearahnya itu, belum sepenuhnya dewasa. Emelie masih terlalu sering membuang air matanya hanya karena hal yang tak seharusnya ditangisinya. Bagaimana ia bisa meninggalkannya, jika gadis ini masih membutuhkan pundaknya untuk bersandar. Bahkan jari-jemarinya masih terlalu lemah untuk menggenggam. Dan kaki-kaki gadis ini yang masih terlalu pendek untuk menyentuh dagunya.
Emelie hanya terbungkam. Masih dengan isak tangisnya.
Dibiarkannya sejenak ia larut dalam tangisnya. Guna mengeluarkan segala yang terpendam hingga menyesakkan dadanya. Seiring dengan bergulirnya waktu, tangis itu akan reda dengan sendirinya.
“Kamu sudah makan?”
Perlahan, Emelie menggeleng dengan raut wajahnya yang masih tertekuk. Ia hanya menatapi sneakers-nya yang bermain-main dengan rumput basah, terinjak di bawah sepatunya.
“Bagaimana kalau kita memesan shawarma di Town Square, dengan ditemani coffetogo?―lalu kita berkeliling Alexanderplatz untuk crepes dan vanilla ice cream?―atau hotdog dan pommesfrites lebih terdengar oke?”
Sepertinya tawarannya cukup berhasil menarik perhatian Emelie.
Seketika Emelie tersenyum lepas menatapnya. Diusapnya sejenak sisa air mata di sudut matanya, dan segera bangkit dari posisi duduknya.
Memang hanya dialah yang mampu mengerti Emelie, Mathias Diederich.
Ia selalu tahu bahwa Emelie tak akan pernah bisa memungkiri kelezatan shawarma―roti gulung yang berisi daging dengan beberapa sayuran di dalamnya, vanilla ice cream, crepes, bahkan juga berbagai panganan lainnya yang berjejeran di stall-stall kecil sepanjang Alexanderplatz. Dan Mathias juga sangat tahu, jika Emelie sangat menyukai untuk berkeliling disana dengan coffetogo-nya.
“Sepertinya perutku akan segera membuncit,” ucap Emelie di sela tawa lugunya.
Bersambung…
Penulis adalah Ika keysa. Penulis dapat dihubungi di akun @envychy_oxy dan facebook ikakeysa
Pengen kayak Ika keysa?
Yuk nulis!
Cerpen atau puisi maks. 5000 karakter, bukan plagiat atau mengandung sara dan tidak ada unsur kekerasan ataupun pornograf, belum pernah dipublikasikan dimanapuni. Cerpen atau puisi yang masuk hak milik perusahaan.
Kirim cerpen ataupun puisi ke [email protected]