UMS, Pabelan-Online.com – Tokoh Reformasi, Amin Rais, menegaskan harus ada kewaspadaan terhadap arus komunisme kultural dan sekularisme. Hal ini disampaikannya saat berkunjung ke UMS dalam agenda kajian Tabligh Akbar Nuzulul Qur’an yang dilaksanakan di Masjid Fadlurahman, Rabu (15/6/2016).
Amin Rais mengatakan bahwa ada dua arus yang sedang mengepung Indonesia, yakni arus sekulerisme sok modernis yang menganggap moral itu sangat individual bertemu dengan arus komunisme kultural. “Arus komunisme kultural berpandangan bahwa komunisme mau bangkit di suatu bangsa dengan menjajakkan atheisme dan ideologi, komunisme gak bakalan laku. Orang beragama akan marah, tapi tinggal kita rontokkan akhlak bangsa itu, kendorkan ukuran kesusilaan atau moral, kalau udah kendor pada berantakan otomatis akan jauh dari agama,” tuturnya, Rabu (15/6/2016).
Amin Rais menilai bahwa rakyat Indonesia telah menciderai dasar atau ideologi negara, di mana Pancasila merupakan perjanjian adiluhung antarsemua anak bangsa. Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan di bidang politik. “Pancasila itu kata Bung Karno merupakan sublimasi dari manifesto komunis maupun declaration of independent. Jadi Bung Karno waktu itu mengatakan mahasiswa komunis itu ekstrim kiri dan mahasiswa declaration of independent itu ekstrim kanan, sublimasinya Pancasila. Secara eksklusif kita itu punya Pancasila sebagai dasar negara,” lanjutnya.
Hal serupa juga diungkapan oleh Rektor UMS, Bambang Setiaji, bahwa generasi muda tertarik dengan komunisme karena semakin kuatnya liberalisme dan kapitalisme. Hal ini membuat generasi muda membuat antitesis. “Di sampaing kapitalisme menguat, gab antara yang miskin dan yang kaya ini semakin besar sehingga menimbulkan banyak kecemburuan. Di situasi seperti ini, antitesis subur terutama apabila generasi muda kemudian menggali mengenai komunisme,” tuturnya dalam prolog Tabligh Akbar, Rabu (15/6/2016).
Penulis: Pipit Ernawati
Editor: Ritmika Serenady