UMS, Pabelan-Online.com – Teater Wejang Universitas Muhammadiyah (UMS) gelar pentas produksi ke-43 di Hall C Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Senin (19/9/2016). Pagelaran berjudul semar gugat tersebut ditujukan untuk menyampaikan pesan-pesan kritik yang seharusnya tidak melulu ditujukan pada pemerintahan.
Acara tersebut dimulai pukul 20.00 WIB, satu-persatu penonton memasuki arena pagelaran. Diatas tikar-tikar yang tertata rapi, mereka duduk sambil menunggu pagelaran dimulai. Lampu-lampu perlahan mulai padam, para pemain satu persatu memulai aktingnya.
Penonton mulai menikmati jalannya cerita ketika Semar, Petruk, dan Gareng (Punokawan) memainkan aksinya. Tak selang lama, kesenyapan terjadi pada saat Durga dan Kalika (penghuni Gandamayit) datang. Cerita pun akhirnya berlanjut.
Tanpa ragu-ragu Durga merasuki tubuh Srikandi yang esoknya akan menikahi Arjuna. “Sekarang minggir! Aku akan manjing (masuk-red) ke dalam diri Srikandi,” ucapnya, kemudian merapal mantra.
Setelahnya, Durga yang sudah berada dalam diri Srikandi meminta mas kawin yang tak lazim pada Arjuna. Ia menginginkan kuncung semar sebagai mas kawin. Arjuna yang sudah berjanji akhirnya mengiyakan permintaan Srikandi dengan berat hati.
Semar malu dan terhina. Lalu, ia bersama Bagong datang ke kahyangan menemui Batara Guru. Namun, saat semuanya telah didapat, hanya rasa malu lagi yang diterima Semar.
“Durga. Aku gagal melawan si biang keroknya. Dan sutiragen, isteriku, masih tetap menganggap aku bukan Semar. Mengapa aku ditugaskan berperan dalam lakon konyol ini? Dan petruk. Gareng? Mengapa sikapnya jadi makin konyol begitu? Apa yang mereka cari?” kata Semar sambil meratapi nasibnya lagi. Perlawanannya gagal.
Adanya pementasan tersebut, diakui Ketua Panitia Ghufron Khoirul Abidin, menyiratkan bahwa sikap kritis yang dilakukan bukan hanya menyikapi kesalahan-kesalahan seorang pemimpin. Akan tetapi, dilihat terlebih dahulu duduk perkaranya. “Jadi kita nggak perlu saklek menyalahkan satu orang, lha kita itu cari dulu alasannya seperti apa sih gitu,” urainya, Senin (19/9/2016).
Penulis : Ratih Kartika
Editor : Depi Endang Sulastri