Judul : Livor Mortis
Penulis : Deasylawati P.
Penerbit : Afra Publishing, Surakarta
Tebal buku : 240 halaman
Cetakan pertama : Juni, 2008
ISBN : 978-979-1397-41-4
Diskriminasi dalam institusi kesehatan bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat. Tak sedikit yang merasa dirugikan, tapi diam menjadi pilihan di tengah ketidakberdayaan menyuarakan fakta.
Livor Mortis, tanda lebam berwarna merah keunguan yang timbul akibat penumpukan cairan darah di area yang terletak dibawah tubuh mayat. Tanda tersebut menetap setelah kematian terjadi lebih dari delapan jam.
Pembagian kelas bangsal mengakibatkan perbedaan pelayanan dan fasilitas yang didapatkan pasien. Bangsal kelas III ditempati gakin, selalu mendapat pelayanan yang tidak memuaskan.
Fatiya, perawat honorer di Rumah Sakit Dokter Sarkadi, menggantikan tugas perawat shift malam. Fat terkejut mengetahui Pak Karto, pria paruh baya penderita Diabetes Militus tersebut telah terbujur kaku. Tak ada perawat yang tahu persis waktu kematiannya. Hanya livor mortis yang menunjukkan kematian Pak Marto terjadi lebih dari delapan jam.
Di sisi lain, Robi, suami Lena kecewa atas kematian bayinya dan tindakan bedah ulang pada Lena. Tanpa sepengetahuannya ada kasa yang tertinggal dalam rahim Lena pada operasi Caesar dua minggu lalu.
Peristiwa Pak Karto dimanfaatkan Robi mengawali usahanya menguak kasus Lena. Isu tersebut menjadi berita hangat koran lokal di kota. Selain mengetengahkan kelalaian petugas medis yang berjaga, artikel dalam koran itu juga mempertanyakan kinerja para pegawai rumah sakit yang dinilai seenaknya. Meskipun tetap ada beberapa yang masih mempertahankan keprofesionalannya. Rumah sakit dinilai lamban dalam menangani perawatan pasien kelas tiga yang selama ini mendapatkan subsidi dari pemerintah. (Halaman 193)
Sebelum kasus Lena terungkap, pihak rumah sakit dengan cepat berhasil membungkam media beserta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Robi menyerah dan kalah. Apakah karena memang namanya rumah sakit sehingga yang didapat dari sana memang sudah sewajarnya rasa sakit? (Halaman 224)
Profesi perawat yang sering bertentangan dengan hati nurani dan kisah cinta segitiga Fatiya dengan teman seprofesinya, Haris dan Dokter Pras melengkapi cerita dalam novel ini. Fat pun memilih mundur dari profesi juga kisah cintanya.
Melalui novel setebal 240 halaman ini, Deasylawati mampu menyentuh sisi humanisme serta menguak potret buram institusi rumah sakit melalui karya fiksi yang dikemas dengan bahasa sederhana dan menarik.
Penulis adalah Imroatus Sholihah. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika.