Rio Kutluk menggeleng.
“Cerita ini sudah lama sekali, sebelum kita hidup di dunia. Waktu itu hanya ada tiga manusia. Cerita ini tentang seorang gadis yang mencintai seorang pemuda. Suatu hari pemuda itu memiliki musuh seorang Dukun jahat, sehingga mereka sering berkelahi. Akhir kata pemuda tersebut mati karena jampi-jampi oleh Dukun jahat. Gadis itu menangis dan merasa kehilangan. Ketika, Dukun jahat itu hendak menikahi gadis itu, gadis itu masih merasa kehilangan. Tetapi ia tetap berbelas kasih menerima Dukun itu. Dan kau tahu, setelah ia menikah dengan Dukun itu, ia merasakan cintanya telah kembali. Pemuda itu hidup kembali.”
“Maksudmu bila aku berbuat baik pada pembunuh Ayahku, Ayahku akan hidup kembali?”
“Ya, bisa jadi, kenapa tidak?”
“Baiklah, aku akan memberikan obat ini pada mereka, tapi aku tidak sudi mengantarkannya. Aku akan melemparnya.”
“Ya, kau akan melemparnya.”
Jelas orang itu telah mendongengkan kisah asal-asalan untuk mencapai tujuannya. Hal itu semakin kuat ketika Rio Kutluk pergi meninggalkannya dengan pamit akan melempar obat pada Polisi. Dengan langkah Rio Kutluk yang panjang, orang itu tertawa bahak, dan sedikit bergumam,
Bersambung…
Penulis adalah Prasetiyo Leksono Nur Widodo. Mahasiswa Teknik Industri.