Di era revolusi kemerdekaan kita telah dikisahkan sejarah perseteruan antara Ahmad Subardjo dan Sukarni yang masing-masing mewakili generasi tua dan generasi muda. Ahmad Subardjo ingin kemerdekaan menunggu momentum yang tepat untuk dideklarasikan. Sedangkan Sukarni menginginkan kemerdekaan cepat dikumandangkan. Betapa disini terlihat jelas perbedaan pandangan antara yang tua dan yang muda. Sebuah kontradiksi pandangan yang mewakili generasinya masing-masing. Taufik Abdullah (304:1991).
Sejenak kita dapat menilik serta mengingat kembali sepenggal puisi W.S Rendra yang berjudul “Sajak Pertemuan Mahasiswa” (1977)
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami punya maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Puisi Rendra setidaknya mewakili realita dinamika kehidupan organisasi masa kini. “Maksud baik dan maksud baik bisa berlaga” Ikhtiar baik dari generasi tua dan visi apik dari generasi muda bertemu. Namun pertanyannya perlu ditekankan lagi pada titik, “Maksud baik untuk siapa?” Bagaimana juga dengan maksud baik dari generasi muda? Di sinilah letak kontra pandangan antara yang muda dan yang tua bersua.
Penulis adalah Muhammad Taufik. Mahasiswa Fakultas Psikologi UMS.