Rintik hujan yang masih menetes cukup membuat bulu-bulu kulit tegak berdiri ditambah dengan suasana yang sepi dan gelap membuat tak ada tanda-tanda bulu-bulu kulit akan merebah. Kami mempercepat langkah agar segera sampai pada tujuan masing-masing.
Akhirnya aku sampai di bangunan klasik dengan sentuhan modern yang berpadu selaras. Namun bangunan ini tak lebih dari sebuah sompok. Berusaha sebisa mungkin senyap agar kepulanganku tak diketahui. Aku langsung menuju surga di dalam sompok.
Kreekk.
Daun pintu kemudian setengah terbuka.
“Nggak usah ambil kuliah di Jakarta,” kata mamak tiba-tiba.
“Kenapa Mak? Aku udah diterima disana, aku suka jurusannya, aku suka universitasnya,” ucapku lirih.
“Mamak bilang nggak usah, banyak yang nggak setuju kamu disana. Pakdemu, budemu, bulekmu, mbah kakung semuanya nggak ada yang setuju. Lihat kakungmu sakit gara-gara mikirin kamu. Apa kamu nggak kasihan?” Jelas mamak dengan suara yang meninggi.
“Udahlah lah, mak. Aku paham kok semua itu. Aku capek mak, mau istirahat!”
Penulis adalah Ayu Purwaningsih.