Pencemaran air sungai Bengawan Solo memang sudah dalam tahap sangat meng-khawatirkan. Meski limbah domestik rumah tangga yang selama ini terkesan dikam-binghitamkan sebagai penyumbang terbesar dari total pencemaran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut, kami tidak akan pernah pula melupakan industri-industri besar yang telah dengan kejam saling berkongsi untuk merenggut keindahan sungai kami.
“Angga!”
Aku menoleh, mendengar nada tinggi dari seorang gadis yang kini berlari-lari kecil ke arahku. “Selly, ada keperluan apa?” sapaku sambil tersenyum.
Selly mendadak manyun. “Apakah untuk bertemu dengan kekasihnya, seseorang harus memiliki alasan yang tepat?” dia berbalik membelakangiku.
“Hei, hei. Ayolah, kau hanya tidak pernah datang di kantor kecil ini jika tidak ada keperluan mendesak,” aku tergelak saat ia menampik kasar tanganku yang akan mem-belai rambut panjangnya. Kuhela napas pan-jang, “Baiklah, ayo buat kesepakatan,” ucapku sungguh-sungguh sambil menatap matanya yang mengerjap tidak percaya. “Aku akan menepatinya. Janji!”
“Temani aku pergi hari Senin besok!”
“Heh?” aku menurunkan uluran jari kelingkingku yang baru saja akan bersambut. Aku tidak bisa mengikat janji ini. “Bagaimana kalau malam minggu?” usulku, mencari solusi.
“Tidak bisa. Aku maunya Senin! Kuliahku kosong.”
“Kamu tahu sendiri aku mau demo Senin besok, Sell. Sudah berminggu-minggu kan kamu tahu aku menyiapkan segala sesuatu dengan matang untuk hari itu?”
“Tidak bisa!”
“Tapi—“
Bersambung…
Penulis adalah Fa Rahma. Tulisan pernah dibuat di Tabloid Pabelan Pos Edisi 110.