UMS, Pabelan-Online.com – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) membagikan sertifikat Masa Ta’aruf (Masta) periode 2015 melalui kajian yang diadakan pada Selasa (28/3) lalu. Hal tersebut membuat beberapa mahasiswa merasa dipersulit dalam pengambilan sertifikat karena harus mengikuti kajian yang tidak ada sangkut pautnya dengan sertifikat.
Salah satu mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia yang tidak ingin disebutkan namanya, merasa bahwa kebijakan IMM FKIP dalam mengeluarkan sertifikat masta tahun 2015 cukup menyulitkan mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa harus mengikuti beberapa kajian untuk pengambilan sertifikat yang tidak ada kaitannya dengan masta. “Kalau memang butuh peserta, nggak seharusnya mereka menyangkut pautkan dengan sertifikat Masta karena sudah beda acara toh di sertifikat nggak ditulis ikut kajian ini-itu,” tegasnya, Jumat (7/4/2017).
Tanggapan lain disampaikan oleh mahasiswa Pendidikan Matematika, Muhammad Wildan Fadhilah, ia mengeluhkan sikap IMM yang memberikan syarat kepada mahasiswa untuk mengikuti kajian guna mengambil sertifikat masta yang seharusnya dapat diambil di akhir semester 1. “Kita masta kan tahun 2015, tapi baru dibagikan tahun ini. Selain itu, kenapa menggunakan embel-embel sertifikat kalau butuh peserta kajian?,” keluhnya, Sabtu (8/4/2017).
Menanggapi masalah tersebut, selaku Ketua Umum IMM FKIP periode 2016/2017, Albi Rangga menjelaskan setelah mengadakan evaluasi, IMM menyadari bahwa cara dakwah tersebut tidak berjalan efektif. Oleh karena itu, pihak IMM meminta maaf kepada seluruh mahasiswa yang merasa dipersulit dalam pengambilan setifikat masta. Saat ini sertifikat masta dapat diambil langsung di Kantor Sekretariat IMM. “Kita dapat teguran kalau niat peserta yang datang kajian bukan karena ilmunya, tapi untuk mengambil sertifikat. Kalau seperti itu, ilmu yang disampaikan pun percuma,” terangnya, Jumat (7/4/2017).
Reporter: Dian Aulia
Editor: Aprilia Indra Setya Pangesti