(Tulisan ini pernah dimuat di Tabloid Pabelan Pos Edisi 78 dan 88 dan ditulis ulang oleh M Rizal Pahleviannur)
UMS, Pabelan-Online.com – Bagi telinga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), nama Pesantren Mahasiswa KH Mas Mansur atau Pesma sudah tidak terdengar asing lagi. Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas 4000 m³ dan terletak di Desa Gonilan. Dengan mengunggulkan desain arsitektur yang mewah, fasilitas yang lengkap, serta bangunan yang tersusun menjadi lima lantai, gedung ini diharapkan dapat memfasilitasi semua mahasiswa. Lalu, bagaimana sejarah Pesma dibangun?
Seperti yang tertulis di Tabloid Pabelan Pos edisi 78, Pesma yang dulu dikenal dengan sebutan Rusunawa UMS merupakan bangunan hibah yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Menteri Pemuda dan Olahraga pada tahun 2008 lalu. Sebuah gedung yang terbilang cukup besar dan sebagai mahasiswa UMS tentu tak asing dengan gedung yang menjulang tinggi dan megah ini. Gedung yang sudah lama berdiri dan beroperasi ini memang menjadi salah satu kebanggaan UMS. Dan bukan pemandangan yang aneh lagi jika melihat banyak mahasiswa yang keluar masuk di area rusunawa tersebut, baik mahasiswa regular maupun mereka yang mengikuti kuliah program internasional.
Tujuan awal mula didirikannya rusunawa di UMS adalah untuk memperdalam pengetahuan di bidang agama serta peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bagi mahasiswa baru UMS. Selain itu, UMS juga ingin memfasilitasi mahasiswa seperti yang telah dilakukan oleh universitas-universitas lain yang telah memiliki asrama mahasiswa.
Dengan harapan seperti itu, kenyataan menjadi ironis ketika Suharjianto ditanya mengenai konsep yang akan diterapkan untuk pengelolaan rusunawa yang baru tersebut. Selaku Ketua Tim Pengonsepan Rusunawa, ia mengatakan bahwa konsep untuk rusunawa belum selesai dibahas, sehingga ia belum dapat memaparkan seperti apa bentuk pengelolaan rusunawa tersebut, apakah akan menjadi seperti asrama mahasiswa biasa atau seperti Pondok Nuriyah Sobron yang hanya dikhususkan bagi mahasiswa utusan dari daerah. “Saya belum tahu konsep apa yang nantinya akan diterapkan untuk pengelolaan rusunawa yang baru ini, sebab konsepnya sendiri pun belum selesai dibahas,” tuturnya.
Saat ini rusunawa dihuni oleh mahasiswa regular hingga mahasiswa program internasional yang menyewa asrama. Melihat fasilitas yang dapat dibilang lengkap, pastilah menggiurkan bagi mahasiswa awam yang baru memasuki dunia perkuliahan. Pada Tabloid Pabelan Pos edisi 88 Tahun 2010, disebutkan bahwa Baitul Arqam yang mulanya dilaksanakan di Pondok Nuriyah Sobron akan dipindahkan ke rusunawa ini.
Wacana konsep mahasiswa baru yang dipondokkan di Rusunawa selama setahun kini jelas-jelas telah bergeser. Pada akhirnya, rusunawa hanya dihuni untuk mahasiswa yang mau menyewa dan mahasiswa program internasional. Tentu saja hal ini merupakan pembelokan arah dari tujuan utama pembangunan rusunawa. Bergesernya dari tujuan awal pembangunan rusunawa bukan lagi menjadi hal yang riskan karena pergeseran tersebut masih berpaku pada kepentingan mahasiswa saat ini.
Alangkah lebih bijak apabila UMS membenahi fasilitas yang ada saat ini sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Tengok saja di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang memiliki banyak peminat namun sarana dan prasarana belum mendukung dengan baik, sehingga untuk melaksanakan proses perkuliahan saja harus mencari tempat hingga di beberapa fakultas. “Setiap kali akan kuliah pasti selalu sibuk mencari ruangan yang kosong dan itupun tidak hanya berlangsung satu atau dua kali tetapi setiap kali,” ungkap salah satu mahasiswa FKIP.
Ambisi UMS yang ingin memajukan dan mengenalkan dirinya di tingkat dunia haruslah sejalan dengan apa yang dimilikinya. Giat membangun untuk meningkatkan fasilitas tentu akan mendapatkan dukungan dari semua mahasiswa, namun tentu tidak melupakan bagian pemeliharaannya. Jangan hanya membangun dan menambah yang baru dan tidak memperhatikan pemeliharaannya. Tentu kita semua berharap hal tersebut dapat terealisasikan dengan baik dan tidak menular ke pembangunan yang akan dilakukan nantinya.
Editor: Afitasari M