UMS, Pabelan-Online.com – 18 Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) di Indonesia mengadakan Try Out Nasional Objective Structural Clinical Examination (OSCE), tak terkecuali di Fakultas Farmasi (FF) UMS, Sabtu (5/5/2018). Sebagai salah satu ujian kelulusan bagi Apoteker, OSCE ditujukan untuk meningkatkan mutu Apoteker profesional.
Serangkaian ujian kompetensi yang diselenggarakan untuk mendapatkan gelar Profesi Apoteker, kini tidak hanya Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) saja. Namun, salah satu ujian yang biasanya dilaksanakan di Fakultas Kedokteran (FK), OSCE namanya, turut menjadi ujian untuk mendapatkan gelar tersebut.
Azis Saifudin, selaku Dekan Fakultas Farmasi UMS mengatakan, untuk menjadi seorang Apoteker di masa depan akan semakin sulit. Selain karena saingan yang semakin banyak, pemerintah baru-baru ini menerapkan regulasi baru berupa OSCE sebagai ujian kompetensi keterampilan. Kedepannya, Apoteker di Indonesia diharapkan semakin profesional dan dapat memuaskan masyarakat.
“Kalau dulu kan hanya ujian UKAI (Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia-red) saja ya, tidak ada OSCE (Objective Structural Clinical Examination-red),” ujar Azis, Jumat (11/5/2018).
Try Out Nasional OSCE yang diselenggarakan tahun ini merupakan yang pertama kalinya bagi mahasiswa/i PSPA angkatan ke-XXX. Ketika disinggung mengenai kapan OSCE yang sesungguhnya berlangsung, Azis menuturkan pelaksanaan OSCE pertama kali rencananya akan diselenggarakan pada bulan Februari 2019 mendatang.
Zulfadli, selaku Mahasiswa PSPA mengungkapkan, pelaksanaan Try Out terdapat sepuluh station yang harus dilalui, yakni meliputi konseling swamedikasi, penggunaan alat, pencatatan pemesanan, konseling resep, istirahat (isolasi), formulasi, faktur (pemesanan), komunikasi dengan dokter, analisis instrumen (penggunaan alat), dan compounding.
“Jadi itu kemarin teknisnya satu station, kita (mahasiswa-red) dikasih waktu sepuluh menit, satu menit untuk membaca soal dan sembilan menitnya itu untuk kita kerjain soal,” ungkap Zulfadli, Senin (14/5/2018).
Ia menambahkan, Try Out yang diikuti 40 peserta ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama dimulai dari pukul 06.30-13.00 WIB, sementara sesi kedua dimulai pukul 10.00-17.30 WIB. Tiap sesinya terdiri dari 20 peserta yang kemudian dibagi lagi menjadi dua.
Zulfadli mengakui, meski sistem yang digunakan keseluruhan sudah bagus, tetapi masih ada beberapa kekurangan, salah satunya sistem yang terlambat. “Intinya dipersiapkan matang-matang supaya kita mulainya bareng dan tidak ada saling menunggu karena itu yang bikin molor waktu,” ungkap Zulfadli saat disinggung mengenai evaluasi penyelenggaraan untuk kedepannya.
Menurutnya akan lebih efisien apabila station ditambah, tetapi itu bersifat tambahan tergantung Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia. “Juga, pas diisolasi itu sebaiknya ada buku referensi gitu supaya ada hiburan juga untuk menambah wawasan biar ga diem aja,” tutupnya.
Terkait sifat ujian dan penguji, untuk tahun ini masih bersifat formatif sehingga belum ditetapkan passing grade-nya. Tetapi untuk angkatan selanjutnya, apabila ingin lulus apoteker akan semakin sulit karena sifat ujian akan berubah menjadi sumatif.
Reporter: Annisavira Pratiwi
Editor : Muhammad Rizal Pahleviannur