UMS, pabelan-online.com – Proposal PKM yang berhasil didanai Dikti mengalami penurunan secara kuantitatif dibanding tahun lalu. Tidak hanya UMS, namun secara keseluruhan.
Ahmad Kholid Al-Ghifari, selaku Kepala Bagian (Kabag) Penalaran, Kreativitas, dan Soft Skill Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), mengatakan jika tahun 2018 lalu ada 52 proposal yang berhasil lolos dan dibiayai Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi-red).
Di tahun 2019 ini, hanya 34 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berhasil didanai. PKM yang berhasil didanai tahun ini mengalami penurunan secara kuantitatif dibandingkan tahun kemarin. Bukan hanya UMS, namun penurunan secara keseluruhan.
Ia menerangkan, pemerintah ingin menyamaratakan mahasiswa yang dapat mengikuti PKM bukan hanya dari universitas besar, namun juga universitas kecil. “Proposal yang lolos harus sesuai panduan dan isi kontennya menarik,” terangnya, Sabtu (06/04/2019).
Setelah lolos Kemenristekdikti, 34 proposal tersebut akan diberi biaya talangan oleh UMS sebesar Rp 3 Juta. Lebih lanjut Kholid menjelaskan, pencairan dana PKM ini tidak semudah yang dibayangkan, sebab harus melalui beberapa tahapan.
“Ditalangi dengan dana dari universitas dulu, soalnya ditakutkan kalo mahasiswa hanya menunggu dari pemerintah, nanti tidak akan segera memulai penelitian tersebut,” tuturnya.
Dari 34 proposal yang didanai Kemenristekdikti, Kholid berharap akan ada banyak proposal PKM UMS yang lolos menuju tingkat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).
PIMNAS sendiri merupakan ajang yang sangat bergengsi, sebab dari total 5000 proposal yang masuk, yang bisa didanai hanya 300 proposal. “Dan kampus siap memberi dana pendidikan yang cukup memuaskan,“ tandas Kholid.
Kholid pun membeberkan, tim yang lolos PIMNAS akan diberangkatkan ke Medan dan gratis biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) selama satu (1) semester. Apabila sukses menyabet juara satu PIMNAS, maka sang juara tersebut akan mendapatkan biaya gratis SPP selama empat (4) semester.
Baca Juga Lewat Pameran Seni, USF Ajak Mahasiswa Berkarya Tanpa Plagiat
Salah satu peserta PKM, Rahel Aulia Saraswati mengatakan, timnya memilih tema untuk mengangkat Idu Abang sebagai pasta gigi warisan nenek moyang, yang dilatarbelakangi dari permasalahan lingkungan sekitar.
“Budaya nginang nyirih (mengunyah sirih-red) jarang ditemukan di zaman sekarang, padahal orang dulu pakai itu dan giginya kuat,” tutur mahasiswi yang akrab disapa Rahel, Kamis (04/04/2019).
Menurutnya, ada keuntungan yang bisa diambil saat menyusun proposal PKM, yaitu bisa mengasah kemampuan untuk menuangkan ide-ide kreatif dalam bentuk proposal.
Reporter : Fida’i Fillah, Rika Tri Amalia
Editor : Faizatul Maslahah