Kepergian
Berdasar nestapa,
memanjakan aksara
disetiap rapal doa
Atau menjadikan bayang sabur-terkubur, sedang pusara enggan berbelasungkawa
atas segala yang nyata
Bahkan tak ada sedikitpun
kauberikan segala renjana
Untuk menghiasi luasnya bumantara, atau hanya sekadar memanjakan
mata
Pujangga hanya pandai
meracik kata, namun tiada
menikmati arti cinta sesungguhnya
Biar segala derita,
kutumpahkan kepada
kenang-kenang yang
menjanjikan kepedihan
Atau luka akan terus menganga, dan membakar getir kepergian
Bertalu-talu aku tersedu,
tentu bukan itu yang kumau
Telapak tangan
Jemari biasa berduka
telapak berbalik seketika
luka membiru—tabu membatu
kidung ibu jari tak semesra dahulu
Nak, kini kau tersesat di mana?
lekas pulang, waktu mengandung bahaya
jangan lagi kau seolah tak berdaya
semakin menggila setelah lahir kata tiada
Dari garis tipis yang mengalun
bertahun-tahun kau belajar setia malah pikun
jawaban kau tangisi bahkan dijerat pagi
Semalaman kau racik syair
segala candala membombardir
sudahlah, jemput saja takdir
kau memang terlahir untuk pandir
Penyair: Meliana Dyah Pertiwi