Kader berasal dari Bahasa Yunani cadre, memiliki arti bingkai. Maka pengaderan dapat saya artikan sebagai perbingkaian atau pembentukan yang dalam konteks perkuliahan dipakai untuk meregenerasi organisasi mahasiswa. Dimana keberlangsungan regenerasi organisasi mahasiswa di suatu universitas ditentukan oleh pengaderan yang baik. Dalam rangkaian acara pengaderan, terdapat banyak kegiatan yang beresensi positif.
Rangkaian acara sering menuntut mahasiswa untuk mengasah softskill yang sudah maupun belum mereka miliki. Mungkin pengaderan yang paling dasar dapat kita rasakan saat masih berstatus mahasiswa baru, yaitu ospek atau di tempat saya berkuliah dinamakan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Pada rangkaian PKKMB ini, selain diberikan informasi mengenai universitas, fakultas, program studi, dan persoalan akademik lainnya, terdapat kegiatan yang menuntut mahasiswa mengasah softskill-nya.
Seperti penulisan esai dan terkadang meminta peserta PKKMB angkat tangan untuk maju dan menjawab maupun memberikan pertanyaan untuk pembawa acara maupun pengisi acara. Pertanyaannya yang diberikan untuk peserta pun tidak rumit, sekadar beropini saja. Setelah ada rangkaian PKKMB, tak jarang fakultas juga menawarkan Latihan Kepemimpinan Dasar untuk mahasiswa barunya.
Namun, peminatnya tentu tidak sebanyak PKKMB sebab kegiatan ini bersifat tidak wajib. Padahal, rangkaian acaranya lebih ringan dan mahasiswa barunya tidak diharuskan membawa peralatan yang banyak (tidak seperti saat PKKMB). Di fakultas saya sendiri, Fakultas Ekonomi dan Bisnis agenda pengaderan ini dilakukan hanya dua hari. Jujur agendanya padat sekali diisi dengan pengisi materi yang notabene berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom.
Selain diberi materi tentang nasionalisme, peserta juga diberi materi yang menyangkut bagaimana caranya mengasah softskill yang dipercaya sangat dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0. Peserta latihan kepemimpinan dasar tingkat fakultas juga diberi kesempatan untuk berdialektika dengan pengisi materi apabila ada sesuatu yang masih ingin dipertanyakan.
Latihan Kepemimpinan Dasar tingkat fakultas tidak sampai situ saja, di hari kedua peserta diagendakan untuk mengikuti analisis sosial. Analisis sosial ini dilakukan dengan penyebaran kelompok peserta di daerah sekitar Universitas Telkom. Setelah disebar, kelompok diminta untuk mewawancarai masyarakat sekitar maupun pedagang kecil bagaimana peran mahasiswa Universitas Telkom bagi kehidupan bermasyarakat.
Saya menemukan adanya satu kegiatan yang dulu rutin dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa, namun sekarang tidak pernah dilakukan lagi, yaitu pengajian dan silahturahmi serta gotong royong dengan warga sekitar. Tentu dampak dari tiadanya kegiatan ini membuat saya berstigma mahasiswa tidak mengimplementasikan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian ke masyarakat.
Setelah melakukan analisis sosial, output dari hasil wawancara tersebut dipresentasikan ke depan. Dari sini, saya dapat mengambil positifnya dan mengharapkan adanya evaluasi ke depannya. Setelah adanya pengaderan tingkat fakultas, ada lagi pengaderan tingkat jurusan. Di universitas saya, rangkaian pengaderan bervariasi dari yang hanya satu semester saja sampai satu tahun pengaderan.
Jurusan saya sendiri melakukan pengaderan selama tiga bulan dan berjumlah sebanyak lima kali dengan jeda beberapa minggu. Pada kaderisasi jurusan ini, fisik dan mental sangat diuji, karena barang yang wajib dibawa paling banyak diantara pengaderan yang lain. Efeknya, kuantitas peserta yang mengikuti naik turun dan cenderung turun drastis saat rangkaian terakhir.
Dari pengalaman saya yang mengikuti pengaderan universitas, fakultas, dan jurusan saya mengamati bahwa minat mahasiswa untuk mengikuti rangkaian kaderisasi semakin menurun di setiap rangkaian selanjutnya. Padahal dalam pengaderan ini, organisasi mahasiswa menaruh harapan besar bagi mahasiswa baru supaya dapat melanjutkan amanat organisasi. Agar pada periode selanjutnya banyak kader yang potensial dan diposisikan untuk struktural organisasi mahasiswa.
Pengaderan sekonyong-konyong bertujuan untuk membekali mahasiswa baru dalam menyelesaikan problematika kampus dengan berpikir kritis. Karena dalam pergerakan mahasiswa, softskill satu ini sangat berperan besar dalam kegiatan organisasi mahasiswanya. Dari keahlian ini, mahasiswa dapat mengkaji permasalahan yang ada di ranah internal kampus maupun eksternal kampus, sekaligus menemukan solusinya. Sayangnya, hanya melalui pengaderan saja skill ini dapat ditempa.
Solusi satu-satunya untuk isu ini adalah propaganda sebesar-besarnya serta dibarengi penjelasan tujuan kaderisasi yang lebih rinci. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa baru dapat paham betul bahwa pengaderan memiliki banyak manfaat positif bagi individual masing-masing dan regenerasi organisasi mahasiswa.
Penulis: Mutia Putri Widodo
Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom