UMS, pabelan-online.com – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memutuskan untuk menutup sementara prodi Akuntansi Internasional. Penutupan prodi dilakukan karena proses pembelajaran yang tidak murni menggunakan bahasa Inggris.
Hepy Adityarini, selaku sekretaris BKUI (Biro Kerjasama dan Urusan Internasional) menjelaskan, keputusan tersebut diambil setelah mendapat komplain dari mahasiswa, terutama mahasiswa asing mengenai bahasa serta tidak adanya asisten dosen (Asdos) yang bisa menggunakan bahasa Inggris. Bahkan, sempat ada laporan bahwa soal ujian akhir semester (UAS) Akuntansi Internasional menggunakan bahasa Indonesia.
Menanggapi komplain tersebut, Wakil Retor I (WR I) UMS menyarankan BKUI melakukan evaluasi dengan menyebar kuisioner yang ditujukan kepada mahasiswa Internasional dan dosen. Berdasarkan beberapa komplain dan hasil kuisioner tersebut, WR I pun memutuskan untuk menutup sementara prodi yang dianggap bermasalah.
Selain Akuntansi Internasional, prodi lain yang ditutup adalah Elektro Internasional. Setelah dilakukan beberapa evaluasi dan perbaikan, prodi tersebut bisa dibuka kembali bulan Juli 2019. Kendati demikian, jarak pembukaan prodi yang cukup dekat dengan penutupan One Day Service (ODS) menyebabkan tak ada mahasiswa yang mendaftar untuk prodi tersebut.
Hepy menerangkan, target prodi Akuntansi Internasional ke depan yakni mengontrol kembali secara ketat dosen yang mengajar disana. Tak lupa, bekerja sama mengadakan proses review soal dengan Kepala Prodi Internasional sehingga tidak ada lagi kejadian soal berbahasa Indonesia untuk mahasiswa internasional. Jika evaluasi dan perbaikan sudah selesai, maka tahun depan prodi tersebut dapat dibuka kembali.
Namun, Hepy menjamin kontrol prodi Internasional akan terus dilakukan. “Kedepannya kita akan set standarnya, misalnya kelas-kelas Internasional bisa dibuka kalau sekian persen dosennya itu punya kompetensi bahasa Inggris yang bisa dibuktikan dengan misalnya dia pernah studi diluar, punya IELTS (International English Language Testing System–red) atau TOEFL (Test Of English as a Foreign Language–red) sekian, jadi mereka dipandang siap dulu baru bisa run kelas internasional,” ungkap Hepy, Sabtu (7/9/2019).
Di sisi lain, Indra Widi Satrio, selaku mahasiswa Teknik Elektro Internasional mengatakan, bahwa awalnya ia mendengar gosip-gosip beredar di kalangan mahasiswa jika program studi (Prodi) Teknik Elektro Internasional akan dihapus. Namun setelah bertanya pada dosen ternyata bukan dihapus, melainkan hanya terlambat dalam hal penginputan.
Indra beranggapan, bahwa alangkah lebih baik tidak terlambat dalam penginputan prodi Elektro Internasional tersebut. “Layaknya ODS 2018 kemarin,” timpalnya, Jumat (06/09/2019). Ia juga berharap untuk prodi Elektro Internasional kedepan tidak terlambat untuk menginput ke ODS, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Antara prodi Internasional dan reguler, menurutnya tidak ada perbedaan perlakuan. Hanya perbedaan dalam materi kuliah saja. “Seperti bahasa pengantarnya yang berbahasa Inggris, yang lainnya tetap sama,” tuturnya saat diwawancarai tim Pabelan Online, Jumat (06/09/2019).
Reporter : Ani Sariski dan Rifqah
Editor : Annisavira Pratiwi